Hary Tanoe : Perputaran Ekonomi Menumpuk di Kota Besar
Rabu, 11 Januari 2017 19:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Bojonegoro – Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo, mengatakan Indonesia terlalu cepat menganut pasar bebas dan menerapkan sistem ekonomi kapitalisme. Akibatnya, perputaran ekonomi menumpuk di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
“Coba lihat perputaran uang di Indonesia itu sekitar 50 persen berada di Jakarta dan sekitar 20 persen di Surabaya,” ujar HT, sapaan Hary Tanoesoedibjo, saat memberi sambutan dalam pelantikan 433 DPRt Partai Perindo Kabupaten Bojonegoro di gedung Serba Guna Kota Bojonegoro, sore tadi, Rabu (11/01/2017).
Menurutnya, karena pertumbuhan ekonomi terkonsentrasi di kota besar maka dampaknya terjadi kesenjangan antara kota besar dan daerah, ketimpangan kesejahteraan ekonomi penduduk kota besar dengan penduduk di daerah.
Setelah 71 tahun Indonesia merdeka, kata Hary, Indonesia masih saja menjadi negara berkembang dan belum beranjak menjadi negara maju. Dari sisi kemakmuran, kata dia, hanya 30 persen dan untuk menjadi negara maju perlu waktu yang lama sekali.
“Dari sisi pendidikan di Indonesia lulusan perguruan tinggi itu hanya 10 persen dari total jumlah penduduk. Banyak permasalahan yang tidak terselesaikan,” ujarnya.
Menurutnya, tahun lalu Indonesia kekurangan pendapatan sekitar Rp200 triliun. Untuk menutupnya maka pemerintah terpaksa utang luar negeri. Tetapi, kata dia, kalau terus menerus utang maka pemerintah akan kedodoran terus.
Untuk menumbuhkan dan memajukan perekonomian Indonesia, kata dia, perlu ada pemerataan. Pertumbuhan ekonomi bukan hanya terpusat di kota besar melainkan juga bisa merata di setiap daerah, bukan di Jawa saja tetapi juga di luar Jawa.
Selain itu, kata dia, perlu ada keberpihakan atau proteksi bagi pelaku usaha kecil. Dengan demikian, usaha kecil bisa tumbuh dan berkembang serta menciptakan banyak lapangan kerja. “Partai Perindo hadir untuk memajukan Indonesia dan mensejahterakan masyarakat Indonesia,” ujarnya. (her/kik)