Buku Jurnalistik Cerita dari Mojodelik (2012) Karya Muhammad Roqib
Pahlawan yang Kesepian di Sebuah Kampung
Selasa, 06 Oktober 2015 22:00 WIBOleh Mulyanto
Oleh Mulyanto
"Siapakah Pahlawan itu?"
KALAU pertanyaan itu ditujukan kepada Gabriel Garcia Marques, dia akan bercerita tentang seorang lelaki bernama Caldas. Seorang lelaki, reporter, yang berjuang selama 10 hari di lautan, tanpa teman, terapung-apung di atas sebongkas kayu sisa sebuah kapal yang luluhlantak. Caldas hidup dan dialah pahlawan. Dalam kesendirian dan kesunyiannya.
Senada dengan Gabo, sapaan akrab penulis Amerika Latin peraih Nobel Bidang Sastra itu, Muhammad Roqib akan bercerita orang-orang seperti Caldas. Bacalah Cerita dari Mojodelik (2012). Pada lembaran-lembaran itulah Muhammad Rokib bercerita tentang para pahlawan.
Para pahlawan yang ditampilkan oleh Muhammad Roqib adalah pahlawan yang terasing di tengah komunitas dan sekelilingnya. Saat orang-orang pakai motor sudah, para pahlawan itu masih pakai kuda, kira-kira begitu gambarannya. tetapi kuda bagi para pahlawan bukan berarti ketinggalan. Apa bedanya kuda dan kapal terbang kalau mana yang kita tuju pada akhirnya sampai juga. Tidak penting selambat apa.
Dan memang, para hero, kalau kita mengamati di film-film dan novel-novel itu, adalah orang-orang yang kesepian. Peter Parker di Spider Man adalah sosok lelaki muda yang peragu, plin plan, pemalas, punya pikiran dan alam tersendiri yang selalu ditertawakan sekeliling. Tapi Peter Parker bergeming. Dia pun tidak lantas benar-benar kalah dan terhina. Dia berhasil mengatasi kesendirian dan kesepiannya.
Kesepian memang merupakan sesuatu yang wajib ada bagi para pahlawan. Kalau tidak ada, sepertinya harus diadakan. Supaya ada bedanya dengan yang lain. Supaya keberadaannya terasa benar-benar nyata. Paling tidak, kesepian sebagai sebuah ruang kecil di dalam diri. Persoalannya adalah bagaimana kesepian itu mampu dimanfaatkan untuk menempa dan melecut diri.
Orang-orang itu dari Mojodelik, sebuah desa di Bojonegoro yang dulunya ndeso tetapi sekarang menjadi seperti artis yang terkenal. Ketika catatan dalam buku ini ditulis, Mojodelik masih masuk kecamatan Ngasem. Sekarang ikut Kecamatan Gayam. Mojodelik boleh terkenal dan berjaya, tetapi orangnya belum tentu. Mojodelik melejit bagai jet, tetapi orang-orangnya masih seperti Lucky Luke dengan kuda kesayangannya yang lemot abis itu, meski setia.
Pahlawan itu adalah Dasiman. Lelaki petani yang dulunya punya sawah tetapi akhirnya dijual pada perusahaan besar yang datang untuk melakukan pengeboran minyak di kampungnya, Mojodelik. Akhirnya dia merana, uang hasil penjualannya diberikan kepada dua anaknya dan sisanya dibuat beli ladang. Dia kesulitan mengelola ladang. Dia akhirnya merana.
Pahlawan itu adalah Mbah Lamidah. Dia kehilangan lesung dan alu karena tergerus oleh alat-alat modern sehingga dia dan kawan-kawan buruh tani lainnya, kehilangan pekerjaan.
Pahlawan itu bernama Nurul. Dia gadis cantik lulusan SD di Mojodelik yang bisa melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi lalu sempat menjadi pekerja di sebuah perusahaan kontraktor besar di Bojonegoro ini. Dia bekerja sebagai orang suruhan meskipun itu tetap saja mulia dan membanggakan baginya dan orang-orang Mojodelik umumnya. Dia juga sempat menjadi pekerja di sebuah toko buku besar di Bojonegoro. Dia masih bercita-cita banyak. Masih ingin terus belajar. Meraih mimpi-mimpi.
Pahlawan itu adalah Sribun. Dia adalah lelaki penjual tembakau rajangan di tengah banyaknya orang yang membeli rokok filter. Sribun masih menjual tembakaunya dengan menggelar lapak di pasar desa sementara produk rokok lainnya melenggang melewatinya dengan memanfaatkan hiburan dangdutan untuk promosi produk. Sribun kian menderita.
Masih banyak nama. Masih banyak kisah. Para pahlawan itu tidak bisa disebutkan satu persatu secara keseluruhan di sini. Bacalah sendiri. Muhammad Roqib menyampaikan kisah-kisah itu dengan enak, ringan dan mencerahkan. Tulisan-tulisan ini adalah jenis news berbentuk features, salah satu bentuk penulisan mutakhir yang dianggap santai dan tidak memberatkan serta tidak bisa dikatakan tidak serius.
Tentu saja Anda bisa membacanya dengan cara Anda sendiri. Tanpa misalnya membincang tentang pahlawan seperti yang saya lakukan ini, yang terkesan melakukan pamaksaan.
Dalam pengantar buku ini, Muhammad Roqib menulis, "Tulisan ringan ini adalah ikhtiar sederhana agar kita tidak melupakan mereka. Melupakan sisi kehidupan manusia yang sejak dulu telah menghuni kampung bernama Mojodelik itu."
Mari mengamininya....
Judul Buku: Cerita dari Mojodelik
Penulis : Muhammad Roqib
Tahun terbit : Juni 2012
Penerbit : GusRis Foundation