Resensi Buku: Orang-orang Biasa
Sabtu, 09 Oktober 2021 08:00 WIBOleh Frensi Agustina SPd
Buku Orang-orang Biasa ini merupakan buku kedua dari Trilogi Guru Aini karya Andrea Hirata. Menceritakan kembali tentang kisah Aini yang belum jadi atau tertunda masuk universitas karena terkendala biaya daftar ulang fakutas kedokteran. Uang tunai senilai Rp 80 juta bagi orang tua Aini yang hanya penjual asongan sangatlah fantastis.
Di buku ini dikisahkan bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh Ibu Aini beserta sahabat-sahabatnya agar Aini bisa membayar daftar ulang masuk fakultas kedokteran di universitas terkemuka di Sumatera.
Sembilan sahabat yang sudah seperti saudara semenjak SMA yaitu Handai, Tohirin, Honorun, Sobri, Rusip, Salud, dan tiga anak perempuan yaitu Nihe, Dinah, dan Junilah. Mereka termasuk kategori murid bebal, lamban berpikir, tak punya cita-cita, penuh tekanan batin ketika pelajaran matematika dan kompak duduk di bangku paling belakang ketika SMA. Ditambah lagi satu orang lagi yang jenius bernama Debut Awaludin. Debut bergabung bukan karena ketololannya namun karena simpati dengan sembilan siswa bebal yang sering jadi bulan-bulanan di kelas. Ia pun akhirnya bergabung dengan segerombolan sahabat ini lebih sebagai pembela mereka.
Sekarang sebutan untuk para pecundang di kelas ini adalah 10 sekawan, sejak Debut Awaludin masuk di kelompok ini, sembilan orang tadi jarang menjadi bahan bullying teman-temannya. Biang pembuli di sekolah itu ada dua geng yaitu Trio Bastardin, Tarip dan Jamin. Dan ada duo Boron dan Bandat. Hingga dewasa nanti sepuluh sekawan dan biang pembuli ini terus berkonflik.
Ilustrasi: Cover buku Orang-orang Biasa karya Andrea Hirata (Istimewa)
Sepuluh sekawan ini dikatakan unik dan memiliki ciri khas karena perangai mereka masing-masing. Kita mulai dari anggota pertama yaitu Handai sesuai namanya yaitu seorang penghayal yang suka berandai-andai ketika dewasa ia ingin menjadi motivator namun hanya dalam angan-angan saja.
Kedua adalah Tohirin yang cenderung bodoh, aneh dan gagal. Dua kali tidak naik kelas. Ketika dewasa ia menjadi kuli pelabuhan, yang semakin hari semakin resah karena adanya kuli yang lebih muda yang lebih kuat tenaganya.
Anggota ketiga adalah Honorun karakternya lugu, santun, baik, lembut, dan agak tolol dan sudah berpacaran di antara temannya yang lain. Ketika dewasa Honorun menjadi guru honorer dengan berpenghasilan serba terbatas dengan enam anak yang terancam putus sekolah karena keterbatasan biaya.
Anggota keempat adalah Sobri, yang paling bebal di antara gengnya, sudah tiga kali tidak naik kelas dan sangat pendiam, bukan karena sifat aslinya namun karena mulutnya seperti corong toa. Jika bicara suaranya tidak bisa pelan, nadanya tinggi, sangat tak enak didengar mirip radio rusak. Ketika dewasa Sobri menjadi sopir mobil tangki septick.
Anggota kelima adalah Rusip, anaknya bodoh dan jorok, anak-anak tidak ada yang ingin dekat dengannya karena baunya seperti pasar ikan. Ketika dewasa Rusip menjadi pimpinan CV Klino yang bergerak di bidang kebersihan dan memiliki anak buah sahabat mereka sendiri yaitu Nihe dan Junilah. Menjadi anak buah sahabat sendiri, membuat mereka bekerja seenaknya sendiri. Datang paling terlambat dan pulang paling cepat.
Anggota keenam adalah Salud. Ia berwajah buruk, menyeramkan dan menakutkan. Ketika dewasa Salud bekerja serabutan yang berhubungan dengan galian. Menggali parit, menggali kubur, menggali septick tank dan sejenisnya. Di antara yang lain Salud yang belum beristri, konon para perempuan takut akan wajahnya.
Aggota ketujuh adalah Mardinah yang biasa disapa Dinah. Dinah adalah ibu Aini, tokoh utama pada novel trilogi ini. Dinah murid yang selalu tersenyum, paling murah senyum bahkan suka senyum sendiri kecuali pada pelajaran matematika yang membuat senyumnya hilang dan perutnya mulas. Setelah berhenti sekolah SMA, Dinah memutuskan untuk menikah dengan pedaganga asongan penjual mainan anak-anak ngek-ngok yang dijajakan di alun-alun kota atau di pinggir pelabuhan. Dikejar satpol PP sudah menjadi makanan sehari-hari, berpindah-pindah tempat berjualan mencari tempat yang aman agar tidak digerebek Satpol PP. Dinah dikaruniai empat anak yang tertua adalah Aini. Dinah pun tak tega melihat Aini yang tak jadi menjadi mahasiswa kedokteran karena biaya.
Anggota kedelapan adalah Nihe wataknya sok cantik, merasa paling modern karena menyukai lagu barat, suka berdandan. Sampai dewasa pun masih suka berdandan dan berfoto selfie dengan sahabat karibnya Junilah. Bekerja di CV Klino menjadi anak buah dari Rusip. Bekerja cenderung santai dan sesuka hatinya.
Anggota kesembilan adalah Junilah yang mempunyai sifat seperti Nihe dan penganut Nihe seratus persen. Di manapun ada Nihe di situpun ada Junilah. Mengikuti jejak Nihe Junilah bekerja di CV Klino. Menjadi bagian administrasi yang tidak pernah tuntas pekerjaannya dan sering membuat bosnya marah.
Anggota kesepuluh adalah sang master matematika sebelum Aini yaitu Debut Awaludin, anak jenius namun pesimis dan mengundurkan diri tak lulus SMA karena mengikuti jejak gerombolannya. Ketika dewasa Debut yang idealis ini membuka kios buku namanya kios buku Heroik. Menyediakan berbagai macam buku baik buku lokal, nasional maupun buku impor baru dan bekas. Semua buku yang dijualnya pun dibaca semua. Terbersit rasa menyesal mengapa ia dulu tidak sampai lulus SMA, dan tidak menghiraukan saran dari ibu Desi Mal untuk mengembangkan bakat matematika. Bakat matematikanya pun menurun ke anaknya. Yang juga kini anaknya menjadi murid ibu Desi Mal.
Sepuluh sekawan yang serba kompak di dalam bidang apapun, dikarenakan berbagai pertimbangan yang tidak masuk akal menurut benak orang normal. Merekapun tidak semua lulus SMA, selepas kelas 2 SMA mereka pun sepakat hengkang dari sekolah untuk bekerja. Hanya satu orang saja yang melanjutkan sekolah hingga lulus SMA yaitu Honorun yang kini menjadi guru honorer.
Lainnya halnya cerita tentang si pembuli. Trio Bastardin, Tarip dan Jamin mereka bekerja sama membuat toko jual beli perhiasan yang sangat mewah bernama Toko Batu Mulia. Namun ini merupakan bisnis gelap dan ilegal. Sesuai dengan karakter mereka ketika sekolah yang suka bermain curang, hingga dewasa pun sifat ini terus melekat. Bisnis mereka itu masuk kategori pencucian uang karena termasuk perbuatan menilap uang negara. Sehingga mereka menjadi orang terkaya di Kota Belantik. Sedangkan duo pembuli yang lain Boron dan Bandat memliki truk pengangkut ikan yang menguasai pelabuhan di Belantik.
Di kantor polisi Kota Belantik itu telah bertugas Inspektur Abdul Rojali dan Sersan P Arbi. Karena kota ini aman dan damai dan cenderung diam, mereka pun sepi kasus. Bisa dikatakan pekerjaan polisi ini setahun hanya seminggu saja. Yaitu membuat SKCK bagi lulusan SMA yang ingin bekerja. Inspektur Abdul Rojali sangat mencintai pekerjaannya dan sangat mengharapkan ada kasus untuk diselesaikan. Ia tak mau hanya berpangku tangan di kantor polisi. Setiap hari inspektur yang mengidolakan aktor India Syah Rukh Khan selalu menyempatkan patroli keliling kota dengan motor bebeknya yang sudah tua. Sersan Arbi dengan setia menemaninya dengan membonceng di belakang komandannya.
Aini berusaha mengumpulkan uang dengan menjadi pelayan di warung kopi Kupi Kuli. Inspektur Abdul Rojali setelah berpatroli sering mampir di sana dan bertemu Aini. Ia sangat senang dengan Aini, gadis lugu, pintar, santun, dan suka menabung untuk biaya kuliah.
Dinah, Ibu Aini sangat sedih melihat anaknya bekerja di warung kopi dengan gaji yang mungkin bertahun-tahun tidak cukup untuk biaya daftar ulang ke fakultas kedokteran. Dinah dengan pinjaman sertifikat tanah milik sahabatnya sepuluh sekawan mendatangi lima bank, namun semua menolaknya lantaran ia hanya seorang pedagang mainan yang miskin dengan suami sakit dan empat anak yang masih kecil. Di salah satu bank, ibu manajer bank memperhatikan Dinah dari jauh ada ibu dan anak yang menyedihkan keluar dari kantornya. Ia hanya memperhatikan saja dan merasa iba.
Sepuluh sekawan sangat kasihan pada Dinah atas usahanya yang gagal meminjam uang di bank. “Di mana semua uang yang ada di dunia ini Dinah?” teriak Debut Awaludin. Jawabannya adalah uang itu ada di bank dan kita harus merampoknya demi masa depan Aini bisa menjadi dokter. Dinah tidak percaya akan jawaban Debut, ia pun menolak mentah-mentah rencana Debut. Biarpun miskin mereka masih beriman dan bukan perampok.
Debut melakukan pertemuan tertutup bak anggota dewan rapat penting. Sepuluh sekawan geng bangku belakang berkumpul dan mulailah Debut membeberkan rencananya untuk merampok bank. Dan jika sudah mempunyai uang, dana akan dikembalikan ke bank.
Sepuluh sekawan akhirnya setuju dengan rencana Debut. Namun mereka tidak tahu cara bagaimana merampok bank. Setiap malam selepas kerja mereka pun selalu berkumpul dan menonton VCD tentang aksi perampokan gaya Indonesia, India dan mancanegara. Latihan fisik diperlukan untuk aksi ini yaitu berlari kencang dan mampu menyetir mobil dengan kencang. Latihan berlari pun mereka lakukan hingga kursus menyetir mobil. Tibalah hari yang dinantikan untuk merampok bank. Hari diambil ketika pawai perayaan Hari kemerdekaan 17 Agustus karena dipastikan semua orang fokus ke acara ini. Peserta utama adalah gerombolan pawai dengan topeng monyet sejumlah seribu orang.
Skenario pelaksanaan perampokan adalah sepuluh sekawan dibagi 2 tim, dengan tugas masing-masing tim berbeda. Tim satu dengan sopir Sobri dan ketua Honorun masuk ke bank dan mengambil uang di brankas. Jika tidak berhasil maka tim dua yang disopiri Nihe dan diketuai Debut akan maju membereskan aksi, tim 1 mundur. Mobil tim 1 yang disopiri Sobri sang ahli sopir dipimpin Honorun memasuki bank yang dimanajeri Bu Atikah.
Mereka menggunakan topeng monyet yang sama yang dipakai siswa yang ikut pawai. Ketika mereka masuk bank langsung menodongkan senjata untuk memerintahkan semua petugas bank tiarap. “Ini perampokan, semua menunduk.” Honorun meminta Bu manajer membuka brankas, karena ketakutan dengan senjata Bu Atika akhirnya membuka brankas dan terlihatlah tumpukan uang yang menyilaukan mata. Tiba-tiba tim 2 yang dipimpin Debut mengirim SMS dan meminta tim 1 untuk segera kembali karena waktu sudah habis. Tim 1 bingung uang sudah ada di depan mata namun tidak jadi merampok. Akhirnya mereka kabur atas instruksi Debut namun lega tidak jadi mencuri uang. Karyawan bank pun merasa aneh karena mereka tidak jadi dirampok padahal uang sudah terbuka lebar di depan dan tinggal dimasukkan tas saja.
Segera Bu Atikah manajer bank menelpon kantor polisi dan datanglah inspektur dengan bangga karena ada kasus untuknya. Semua polisi yang ada di kota itu pun merapat ke bank. Perampokan tidak sesuai skenario, tanpa diduga tim 2 melesatkan mobil ke Toko Batu Mulia milik Trio Bastardin, dengan sigap mereka merampok uang yang ada di sana sebanyak 18 miliar.
Semasa kuliah mereka dibuli oleh trio Bastardin dan sekaranglah saat yang tepat untuk membalas dendam. Akhirnya mereka keluar toko dan diburu oleh sekuriti Toko Batu Mulia. Debut sudah memiliki rencana untuk menyimpan uang dan setelah perampokan mereka keluar mobil dan langsung bergabung dengan segerombolan pawai topeng monyet dan mereka pun aman bercampur baur dengan anggota pawai topeng monyet sebanyak seribu.
Trio Bastardin tidak akan berani melapor jika tokonya kerampokan, jika ia melapor sama saja dengan senjata makan tuan. Karena uang yang dirampok itu adalah hasil dari cuci uang. Jadi rencana Debut sangat brilian merampok bank itu hanyalah pengalihan kejadian saja agar polisi fokus ke bank, padahal peristiwa yang sesungguhya adalah merampok Toko Batu Mulia.
Pihak bank pun juga tidak terlalu mengusut karena mereka tidak kehilangan apa-apa. Yang paling heran adalah Inspektur Rojali merasa penasaran apa motif perampokan yang tidak jadi merampok. Ia pun bersedih karena tidak jadi ada kasus yang harus diusut. Namun Inspektur Rojali tetap meningkatkan patroli dan terus berusaha menangkap pelaku perampokan yang gagal dengan dalih merencanakan kejahatan dan membuat teror.
Keesokan harinya sepuluh sekawan ini tanpa merasa bersalah dan seperti tidak tahu apa-apa tetap bekerja sesuai profesi masing-masing. Mereka memang pada dasarnya orang biasa dan lugu dan pasti siapapun tidak akan percaya jika mereka telah merampok. Orang lain tidak akan pernah berpikir orang-orang pedagang asongan, kuli pelabuhan, atau guru honorer memiliki kemampuan canggih dan handal merampok tanpa ada satupun yang mengetahuinya bahkan istri atau suami mereka sendiri. Ini semua dilakukan demi Aini cita-cita dokter.
Dua hari setelah perampokan sepuluh sekawan ini berkumpul. Mereka semua terpana dan takjub dengan banyaknya uang Rp 18 miliar yang berkilat dan berkilauan itu di mata mereka. Namun semua di luar dugaan mereka merasa sudah bisa melihat uang bergebok-gebok sudah cukup tanpa harus memilikinya. Dinah mengatakan uang ini adalah uang haram dan ia tidak akan menyekolahkan anaknya dengan seperser pun uang haram. Yang lain pun sama mereka tidak akan memberi makan keluarga mereka dengan uang haram. Akhirnya mereka sepakat untuk mengembalikan uang itu tidak pada Trio Bastardin namun mengembalikan uang ini ke polisi melalui inspektur Rojali yang dinilai jujur. Bagaimana pun sepuluh sekawan itu adalah orang-orang biasa yang berhati lembut, jujur dan lugu.
Uang Rp 18 miliar ditaruh di truk milik pembuli dulu yaitu Duo Baron. Debut mengirim pesan ke Inspektur Rojali dan menunjukkan lokasi uang Rp 18 miliar. Setelah SMS kartu SIM segera dilenyapkan. Inspektur masih terheran-heran apa motif dari perampokan gagal itu dan siapa pemilik sebenarnya uang Rp 18 milir ini mengapa diserahkan ke polisi. Debut hanya menjawab “Kami adalah orang-orang biasa.”
Untuk biaya kuliah Aini sepuluh sekawan ini sepakat akan bekerja lebih keras lagi dan mengumpulkan hasil kerja keras mereka berapa pun untuk biaya daftar ulang Aini. Akhirnya benar juga 10 sekawan ini berhasil mengumpulkan uang dari keringat mereka sendiri dan uang halal. Uang itu dijadikan satu di tas ransel besar karena terdapat beberapa uang receh langsung diserahkan ke Aini. Aini sangat terharu akan perjuangan sahabat ibunya dan segera berpamitan ke Bu Desi Mal untuk berangkat lagi ke kota. Akhirnya Aini bisa daftar ulang ke fakultas kedokteran.
Kelebihan novel ini:
Cerita mengalir dengan runut dan indah, alurnya maju mundur namun mudah dipahami. Bahasa yang digunakan juga mudah dimengerti. Cerita sangat menghibur, menunjukkan karakter asli orang Indonesia pada umunya yang jujur, lugu, santun, dan dapat menjadi orang cerdas jika mau belajar.
Kekurangan novel ini:
Alur mundur yang menceritakan novel pertama Guru Aini terlalu banyak, jadi bagi orang yang sudah membaca novel pertama trilogi ini akan bosan. Ada cerita yang terkesan tidak masuk akal yaitu ketika Debut membeli 1.000 topeng monyet dan membeli senjata pastilah sangat membutuhkan dana yang besar. Dari mana asal uangnya Debut untuk membeli itu semua. Karena dikisahkan bahwa Debut ekonominya pas-pasan.
Rekomendasi:
Novel ini layak dibaca untuk semua kalangan masyarakat. Ceritanya menghibur, mendebarkan terkadang konyol namun sangat mengasyikkan. Layak dibaca untuk anggota kepolisian karena sarat akan cerita seorang polisi yang kinerjanya bagus dan berdedikasi tinggi kepada negara jujur dan anti suap. Layak dibaca untuk kalangan pelajar yang tidak patah semangat dalam mengejar cita-cita. Layak dibaca oleh pengambil kebijakan pendidikan sebagai stakeholder pendidikan, di mana mereka dapat merasakan akibat dari biaya pendidikan yang mahal bagi masyarakat biasa. (*/iki)
Identitas Buku:
Judul buku: Orang-orang Biasa
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: PT Bentang Pustaka
Tahun terbit: 2019
Deskripsi Fisik (Tebal): 306 halaman
Penulis Resensi: Frensi Agustina SPd (Penulis adalah Guru Pegiat Kampung Ilmu Bojonegoro).
Editor: Muhammad Roqib
Publisher: Imam Nurcahyo