Bengawan Solo Riwayatmu Kini (bagian 3)
PDAM Padangan Sedot 20 Liter Per Menit Air Bengawan
Kamis, 08 Oktober 2015 21:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Padangan - Manfaat tak ternilai dari Sungai Bengawan Solo salah satunya adalah aliran airnya. Air tersebut memberi berkah berbagai bidang kehidupan seperti pertanian, transportasi dan perikanan. Tak ketinggalan adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Saban hari juga mengambil air dari sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.
Titik-titik pengambilan air bengawan yang dilakukan oleh PDAM ada di berbagai tempat. Diantaranya adalah di Desa Dengok, Kecamatan Padangan, yang digunakan untuk mengaliri sekitar 1928 konsumen di kecamatan setempat. Dari pantauan beritabojonegoro.com (BBC), titik pengambilan air berupa pompa raksasa yang tiap hari beroperasi mulai pukul 4.30 hingga 17.30 WIB.
"Rata-rata pengambilan sekitar 20 liter/menit, dengan sumber energi utama dari listrik dan jenset cadangan," kata operator pompa PDAM Padangan, Sunardi.
Pria yang seluruh rambutnya sudah memutih itu menambahkan waktu pengambilan air bisa lebih lama tergantung kondisi. Dalam keadaan tertentu, lanjut dia, pompa masih menyala hingga pukul 19.00 atau 20.00 WIB malam. Biasanya hal itu terjadi kala musim kemarau datang. Sementara jika musim hujan jarang terjadi.
Di lain tempat, Kepala PDAM Padangan, Nur Huda, mengatakan titik pengambilan air PDAM di Kecamatan Padangan ada dua. Pertama yang berasal dari Bengawan Solo yakni di Desa Dengok. Lalu ada pula di Desa Cendono yang berasal dari sumber mata air. Dari kedua titik tersebut masing-masing, beber dia, cara penanganannya berbeda.
Air yang diambil dari Bengawan Solo sebelum dialirkan ke konsumen, diolah terlebih dulu dengan memberi beberapa zat kimia. Diantaranya adalah tawas dan kaporit. Hal ini untuk menetralkan kadar kotoran yang biasanya terkandung dalam air yang diambil. Setelah didiamkan beberapa lama, maka kotoran akan mengendap ke bawah.
"Biasanya terjadi pada musim kemarau, warna air keruh kecoklatan atau hijau," lanjut Nur Huda menjelaskan.
Pada BBC dia menambahkan dalam keadaan seperti itu jumlah zat kimia yang digunakan lebih besar. Untuk hari biasa, terang Huda, membutuhkan sekitar 5 Kg tawas dan kaporit. Sedangkan untuk mengatasi kekeruhan air yang parah, biasanya butuh lebih banyak lagi. Rata-rata butuh tambahan 50 hingga 75 persen.
Tambahan zat kimia tidak dilakukan untuk pengambilan air dari sumber. Menurutnya air dari sumber relatif bersih dan aman untuk dikonsumsi. Proses penyedotannya dilakukan tatkala petang tiba, bergantian dengan penyedotan dari bengawan. Untuk Kecamatan Padangan, lanjut Huda, rata-rata pemakai jasa PDAM untuk rumah tangga.
"Dalam waktu satu bulan, rata-rata tingkat konsumsinya 21 kubik tiap konsumen," pungkas pria berkumis tipis itu. (rul/tap)