Tengkulak Diduga Permainkan Harga Tembakau di Pasaran
Kamis, 15 Oktober 2015 16:00 WIBOleh Mulyanto
Oleh Mulyanto
Kota – Salah satu penyebab jebloknya harga tembakau di pasaran Bojonegoro saat ini diduga karena ada permainan para tengkulak. Mereka memborong daun tembakau basah maupun tembakau kering (krosok) dengan harga murah lalu dijual kembali ke pabrikan rokok yang ada di luar daerah Bojonegoro.
Tengkulak itu biasanya mendatangi para petani tembakau langsung dan memborong daun tembakau basah dan rajangan. Di sisi lain, petani tidak punya banyak pilihan. Sebab, karena daun tembakau hasil panen kualitasnya tidak terlalu bagus dan tidak diserap oleh pabrikan rokok, akhirnya mereka mau menjual tembakau tersebut pada tengkulak.
Banyaknya tengkulak yang bermain dalam pasar tembakau ini sebenarnya diketahui oleh Dinas Perhutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Bojonegoro. Namun, pihak Dishutbun juga tidak bisa berbuat banyak. Sebab, penjualan tembakau di pasaran dan jebloknya harga tembakau itu merupakan mekanisme pasar.
Menurut Kepala Bidang Perkebunan, Dishutbun Kabupaten Bojonegoro, Khoirul Insan, harga jual tembakau di tingkat petani yang dibeli oleh tengkulak di kisaran Rp13.000 sampai Rp17.000 per kilogram. Itu untuk tembakau rajangan atau krosok. Sedangkan, harga jual tembakau yang diserap oleh gudang pabrikan di kisaran Rp21.000 sampai Rp26.000 per kilogram. Gudang pabrikan yang menyerap tembakau dari petani ini ada di Kecamatan Baureno, Kapas, dan Padangan.
Namun, Khoirul Insan, mengakui memang banyak tengkulak yang membeli tembakau dengan harga murah tersebut. Bagi petani, daripada tembakau itu tidak laku dijual, mereka menerima dibeli oleh tengkulak meskipun dengan harga yang murah.
“Memang, banyak tengkulak yang membeli tembakau di daerah Kedungadem, Kanor. Selain itu, juga banyak tengkulak yang membeli tembakau di daerah selatan dan barat Bojonegoro,” ujarnya.
Menurutnya, banyak tengkulak itu yang menyimpan terlebih dahulu tembakau dari petani itu kemudian setelah beberapa lama baru disetor ke pabrikan. Tengkulak yang memborong daun tembakau kemudian menjualnya ke pabrikan itu meraup keuntungan lumayan.
“Tetapi, ini memang kondisi pasar,” ujar Khoirul Insan pada BBC, sapaan BeritaBojonegoro.com, Kamis (15/10).
Sementara itu menurut Hambali, 45, petani di Desa Bonorejo, Kecamatan Gayam, mengungkapkan, harga jual tembakau pada musim tanam tahun ini memang jeblok. Daripada daun tembakau itu tidak laku dijual, ia menjual tembakau tersebut pada pengepul dari luar Bojonegoro.
“Ini sudah mulai turun hujan. Daun tembakau harus cepat cepat dijual,” ujarnya. (mol/kik)
foto ilustrasi www.beritadaerah.com