Pemkab Menjajaki Pembangunan Dry Port di Proliman Kapas
Minggu, 15 November 2015 19:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota - Tawaran pembangunan Dry Port atau pelabuhan daratan disambut serius oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Beberapa kali tawaran itu telah dibahas mendalam oleh dinas terkait di lingkup Pemkab Bojonegoro. Terakhir, hasil rapat terkait pembangunan pelabuhan daratan itu muncul rencana lokasi di sekitar Proliman, Kecamatan Kapas.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bojonegoro Iskandar, mengatakan, saat ini pembangunan Dry Port atau pelabuhan daratan baru sebatas pembahasan. Hasil rapat yang dilakukan dengan pihak terkait rencananya lokasi Dry Port itu ditempatkan di sekitar Proliman Kapas. Lokasi tersebut dipilih karena relatif dekat dengan Stasiun Kereta Api Kota Bojonegoro.
"Karena moda angkutannya kebanyakan menggunakan kereta api. Sehingga harus dekat dengan pengendali perjalanan kereta (wesel). Di Bojonegoro, antara Daop IV dan VIII wesel hanya ada di stasiun kota," ujarnya.
Iskandar menerangkan, Dry Port itu rencananya untuk transporter hasil industri. Mulai industri berat, seperti minyak bumi, yang sebelumnya diangkut menggunakan truk, nanti jika ada Dry Port akan diangkut menggunakan kereta api. Industri menengah, misalnya pupuk dan industri kecil, seperti hasil industri rumah tangga, kerajinan kayu jati.
"Sekarang masih tahap uji kelayakan. Apakah layak di Bojonegoro itu dibangun Dry Port untuk melayani industri ke depan," jelasnya.
Rencana pembangunan Dry Port mencuat setelah Bupati Bojonegoro Suyoto mengikuti Forum Ekonomi Islam Dunia (WIEF) Ke-11 di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2-5 November 2015 lalu. Tawaran Dry Port itu datang dari President Global Putra International Group Sumadi Kusuma, salah seorang pengusaha logistik Indonesia dan pernah membangun Dry Port di Jogjakarta.
Sumadi tertarik untuk menjajagi lebih jauh kemungkinan membangun Dry Port di Bojonegoro. Dia sendiri sudah memiliki perjanjian akses di pelabuhan Teluk Lamong Surabaya.
Dry Port rencananya akan menghubungkan Bojonegoro dengan Teluk Lamong, Surabaya, Bojonegoro dengan Tuban dan ke barat arah pelabuhan Semarang maupun Jakarta. Setelah ada Dry Port diharapkan angkutan darat, seperti truk besar dan berat, tidak ada lagi yang melintas di kota.
"Mulai Jalan Rajekwesi, Untung Suropati, dan Gajah Mada itu perbandingan rasionya sudah 100 persen lebih. Bisa dibayangkan jika industrialisasi sudah dijalankan di Bojonegoro akan macet," pungkasnya. (ver/tap)
*) Foto dari tender-indonesia.com