Petani di Desa Sudah, Malo, Bojonegoro, Keluhkan Harga Gabah yang Terus Anjlok
Sabtu, 06 Maret 2021 15:00 WIBOleh Dan Kuswan SPd Editor Imam Nurcahyo
Bojonegoro - Jelang masa panen raya, harga gabah kering panen (GKP) di Kabupaten Bojonegoro anjlok atau terus mengalami penurunan.
Seperti yang terjadi di Desa Sudah, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, para petani di desa setempat mengeluhkan harga jual gabah yang jauh di bawah harga penentuan pemerintah (HPP). Saat ini, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani di desa tersebut Rp 3.200 per kilogram.
Dengan anjloknya harga gabah tersebut membuat para petani semakin merugi karena modal awal yang dikeluarkan oleh para petani tersebut cukup tinggi akibat harga pupuk saat musim tanam cukup mahal.
Kepala Desa (Kades) Sudah, Kecamatan Malo, Agus Muklison kepada awak media ini Sabtu (06/03/2021) mengatakan bahwa sebelumnya, harga jual gabah kering panen di desanya mencapai Rp 4.500 per kilogram, namun hari ini harga gabah anjlok hingga Rp 3.200 per kilogram, padahal, kualitas padi atau gabah petani di Desa Sudah, relatif cukup bagus karena padi petani desa tersebut hampir tidak ada yang diserang hama.
"Pembeli yang datang di desa kami rata-rata perorangan. Penawaran tertinggi untuk gabah kering panen rata-rata kisaran 3.200 rupiah per kilogram. Para petani tidak dapat berbuat banyak dengan rendahnya harga jual tersebut,"
Suana panen padi milik petani di Desa Sudah, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro. (foto: dan/beritabojonegoro)
Agus mengungkapkan bahwa para petani di desanya mengeluhkan dengan rendahnya harga gabah tersebut, padahal menurutnya kwalitas gabah milik petani di desanya dirasa cukup bagus, karena hampir semuanya tidak diserang pleh hama, baik hama tikus, wereng atau pun penggerek batang.
Hal tersebut karena di desanya ada Posyantek atau pos pelayanan teknologi, dengan produk vilaboa, yang menggunakan mediator burung hantu, sehingga sangat efektif mengatasi hama khususnya tikus.
"Harga jual gabah pada musim panen kali ini dirasa sangat murah, padahal produksi gabah di desa kami kualitasnya cukup bagus," kata Agus.
Saat ditanya apa penyebab anjloknya harga gabah tersebut, Agus mengaku tidak tahu secara pasti. Namun ada sejumlah pembeli atau tengkulak yang mengatakan bahwa tahun ini pemerintah akan mengimpor beras, sehingga informasi tersebut membuat harga gabah di tingkat petani di dalam negeri anjlok.
"Kalau bernar seperti itu, kita patut sesalkan karena saat ini jelang panen raya sehingga produksinya melimpah," kata Agus.
Agus menyampaikan bahwa setiap tahun di Desa Sudah, Kecamatan Malo bisa panen 3 kali. Setiap panen menghasilkan gabah kering panen antara 550 ton hingga 600 ton.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah faktor menjadi penyebab turunya harga gabah di Kabupaten Bojonegoro jelang masa panen raya kali ini.
Adapun beberapa faktor tersebut salah satunya adalah karena memasuki panen raya, sehingga produksinya melimpah. Kemudian kualitas gabah yang kurang bagus karena serangan hama, dan faktor lainnya karena hingga saat ini Badan Urusan Logistik (Bulog), belum bergerak untuk penyerap gabah dari petani.
Untuk diketahui, berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2020, tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah Untuk Gabah atau Beras disebutkan bahwa harga penetapan pemerintah (HPP) gabah ditetapkan dengan ketentuan bahwa harga pembelian gabah kering panen (HKP) dalam negeri dengan kualitas kadar air paling tinggi 25 persen, dan kadar hampa atau kotoran paling tinggi 10 persen, sebesar Rp 4.200 per kilogram di petani atau Rp 4.250 per kilogram di penggilingan.
Sementara, harga pembelian gabah kering giling dalam negeri dengan kualitas kadar air paling tinggi 14 persen, dan kadar hampa atau kotoran paling tinggi 3 persen, sebesar Rp 5.250 per kilogram di penggilingan, atau Rp 5.300 per kilogram di gudang Perum Bulog. (dan/imm)