News Ticker
  • Menggali Spirit Kepemimpinan Prabu Angling Dharma
  • Lapas Bojonegoro Geledah Blok Hunian Warga Binaan
  • 2 Rumah Warga Padangan, Bojonegoro Terbakar, Kerugian Capai Rp 250 Juta
  • Stok Pupuk Subsidi di Bojonegoro Aman, Pemkab Pastikan Penyaluran Sesuai Jadwal
  • Menyusuri Jejak Angling Dharma, Titik Hening di Tanah Wotanngare
  • HUT Ke-80 Pemprov Jatim, Masih Ada PR Besar Layanan Keterbukaan Informasi Publik
  • Jatuh dan Terlindas Bus, Pemotor di Baureno, Bojonegoro Meninggal Dunia
  • Menko Pangan RI Panen Brokoli hingga Ayam Petelur di Rumah Pangan PNM di Semarang
  • Pakai Kaus Duta Sego Pecel, Diplomasi Kuliner Ala Bupati Blora
  • Bupati Bojonegoro Tandatangani Nota Kesepakatan Restorative Justice
  • Bupati Blora Sidak MBG di SMP Walisongo Ngawen, Pastikan Siswa Sukai Menu
  • Masa Kerja PPPK Bojonegoro Angkatan 2021 Akan Berakhir, SK Perpanjangan Belum Jelas
  • Tanam Kacang Hijau Musim Kemarau, Petani di Bojonegoro Raup Hasil Menguntungkan
  • Bupati Setyo Wahono Tekankan Pentingnya Lulusan Bermental Pejuang pada Wisuda Unigoro ke-39
  • Pemkab Bojonegoro Perkuat Komitmen Cegah Kekerasan dan Pernikahan Anak
  • Dukung Swasembada Pangan Nasional, Pertagas Lakukan Panen Raya di Sidoarjo
  • EMCL, Ademos dan PBSI Bojonegoro Kolaborasi Gelar Pelatihan Cetak 30 Pelatih Berlisensi
  • Kementerian Haji dan Umrah RI Imbau Masyarakat Waspadai Tawaran Haji Tanpa Antre
  • 105 Keluarga Kurang Mampu Terima Bantuan Usaha Produktif Baznas Blora
  • Aksi Konvoi Motor Sejumlah Pemuda di Bojonegoro Ramai di Media Sosial
  • Kepala Dinkes Bojonegoro Imbau Dapur SPPG Segera Urus Sertifikat Penjamin Mutu
  • Bupati Wahono Sidak ke Dapur SPPG, Pastikan MBG Aman Dikonsumsi
  • Pasar Rakyat HUT Ke-80 Provinsi Jawa Timur di Bojonegoro
  • Puluhan UMKM Meriahkan Pasar Rakyat HUT Ke-80 Provinsi Jawa Timur di Padangan, Bojonegoro
Menyusuri Jejak Angling Dharma, Titik Hening di Tanah Wotanngare

Menyusuri Jejak Angling Dharma, Titik Hening di Tanah Wotanngare

Bojonegoro - Di tengah hamparan sawah dan rimbun pepohonan Desa Wotanngare, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, tersembunyi sebuah tempat yang tidak hanya memancarkan aroma spiritual, tapi juga menyimpan kisah masa lalu yang masih ada hingga kini, yaitu Petilasan Prabu Angling Dharma. Petilasan itu berupa sebuah balai cungkup berukuran sekira 10x10 meter. Gerbang sederhana berdiri kokoh di mulut area petilasan. Gerbang lebih besar juga berdiri kokoh di mulut jalan menuju area petilasan ini.

Meski tak seramai tempat wisata lainnya, petilasan ini menjadi magnet bagi para peziarah dari berbagai penjuru. Dari warga sekitar Bojonegoro, hingga mereka yang datang dari luar pulau seperti Lampung dan Sumatra—semuanya menapaki jalan tanah ini dengan satu tujuan: mencari ketenangan, atau sekadar mengingat kebijaksanaan sang raja yang melegenda.

Hal itu diungkapkan oleh Dul Kasir, juru kunci atau penjaga Petilasan. Menurut Dul Kasir, juru kunci petilasan yang kini telah berusia 51 tahun, nama Angling Dharma bukan sekadar nama seorang raja. Ia adalah simbol, perwujudan nilai luhur yang masih relevan hingga hari ini.

“Angling itu artinya titisan leluhur. Sedangkan Dharma berarti perilaku yang baik dan penuh tanggung jawab,” kata Dul Kasir, Minggu (12/10/2025).

Dari penuturan Dul Kasir, Angling Dharma digambarkan sebagai sosok pemimpin bijak yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral. Ia tidak membedakan manusia berdasarkan agama, budaya, atau status sosial. Semuanya setara dalam pandangannya. Filosofi itu pula yang, menurut Dul, menjadi landasan kebijaksanaan Angling Dharma semasa hidupnya—dan terus dijaga oleh masyarakat hingga kini.

Masih menurut Dul Kasir, Jejak sejarah Angling Dharma tak bisa dilepaskan dari garis keturunan raja-raja besar Jawa. Ia adalah cucu dari Prabu Jayabaya, raja legendaris dari Kerajaan Kediri yang terkenal dengan ramalan-ramalan masa depannya.

Jayabaya memiliki dua putri: Dewi Sukesi dan Dewi Pramesti. Dari Dewi Pramesti-lah, lahir Angling Dharma, buah hati dari pernikahannya dengan Raden Kijing Wahono.

Meski kisahnya tidak banyak tertulis dalam prasasti maupun naskah kuno, cerita-cerita tentang Angling Dharma masih lestari dari mulut ke mulut. Hingga kini, warisan itu hidup dalam cerita rakyat dan dihormati dalam bentuk petilasan yang menjadi tempat semedi dan perenungan.

Tempat Semedi Seorang Raja

Setelah menyerahkan tahta kerajaannya kepada sang anak, Angling Dharma memilih menjalani hidup dalam keheningan. Ia datang ke Wotanngare, dan menjadikan tempat ini sebagai titik perenungannya—menyatu dengan alam, menyepi dari hiruk pikuk kekuasaan.

“Di sinilah beliau bertapa,” ungkap Dul Kasir sembari menunjukkan titik yang dikeramatkan. “Tempat ini bukan makam, tapi tempat semedi. Tempat beliau mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.”

Daya Tarik Spiritual yang Tak Pernah Sepi

Petilasan ini memang tak megah. Tak ada gapura besar atau ukiran rumit yang biasa terlihat di situs-situs bersejarah lain. Namun justru kesederhanaannya itulah yang memikat. Di bawah rindang pepohonan dan suara alam yang alami, pengunjung dapat merasakan ketenangan yang sukar dijelaskan.

Setiap hari, setidaknya ada beberapa orang yang datang. Di hari-hari tertentu, jumlahnya bisa mencapai puluhan. Mereka datang untuk berdoa, bermeditasi, atau sekadar mencari ketenangan batin. Beberapa membawa bunga, sebagian lain hanya duduk hening dalam doa.

“Banyak juga yang datang dari luar pulau,” tambah Dul Kasir. “Dari Sumatra, Lampung, bahkan ada yang dari Kalimantan. Semua datang dengan niat baik.”

Menjaga Warisan, Merawat Nilai

Bagi masyarakat sekitar, petilasan ini lebih dari sekadar situs sejarah. Ia adalah bagian dari identitas budaya, sekaligus simbol nilai-nilai kebajikan yang harus diwariskan pada generasi berikutnya.

“Yang paling penting dari Angling Dharma itu bukan hanya kisahnya,” kata Dul Kasir. “Tapi ajarannya: berbuat baik, tidak membeda-bedakan, dan hidup dengan tanggung jawab.”

Di tengah dunia yang semakin sibuk dan bising, tempat seperti petilasan Angling Dharma menjadi oase. Ia mengingatkan bahwa kebijaksanaan dan kedamaian bukanlah sesuatu yang hilang—mereka hanya menunggu untuk ditemukan kembali, di tempat-tempat sunyi seperti ini. (red/toh)

Catatan: Tulisan ini bukan catatan sejarah.  Kebenaran historis Angling Dharma masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Akan tetapi, tak dapat dipungkiri kisah Angling Dharma dituturkan dari mulut ke mulut oleh banyak masyarakat di berbagai daerah, bukan hanya di Bojonegoro saja. Di antaranya Bali, Temanggung, dan Pandeglang. 

Reporter: Tim Redaksi
Editor: Mohamad Tohir
Publisher: Mohamad Tohir
Gempur Rokok Ilegal
Berita Terkait

Videotorial

Pasar Rakyat HUT Ke-80 Provinsi Jawa Timur di Bojonegoro

Berita Video

Pasar Rakyat HUT Ke-80 Provinsi Jawa Timur di Bojonegoro

Bojonegoro - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur, menggelar Pasar Rakyat Jawa Timur di Lapangan Desa Padangan, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro. ...

Berita Video

Berikut Ini Optimalisasi Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau di Kabupaten Bojonegoro

Berita Video

Berikut Ini Optimalisasi Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau di Kabupaten Bojonegoro

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, pada tahun 2025 ini dialokasikan bakal menerima Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) sebesar ...

Teras

Memasukkan Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah di Bojonegoro

Menyoroti Konsep Penanggulangan Bencana di Bojonegoro

Memasukkan Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah di Bojonegoro

"Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. ...

Opini

Program ‘Bojonegoro Klunting’, Sesat Pikir Tata Kelola APBD

Opini

Program ‘Bojonegoro Klunting’, Sesat Pikir Tata Kelola APBD

Bojonegoro - Jika hari ini ada beberapa kelompok menggiring opini bahwa dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bojonegoro ...

Quote

Bagaimana Ucapan Idulfitri yang Benar Sesuai Sunah Rasulullah

Bagaimana Ucapan Idulfitri yang Benar Sesuai Sunah Rasulullah

Saat datangnya Hari Raya Idulfitri, sering kita liha atau dengar ucapan: "Mohon Maaf Lahir dan Batin, seolah-olah saat IdulfFitri hanya ...

Sosok

Pratikno, di Mata Mantan Bupati Bojonegoro, Kang Yoto

Sosok

Pratikno, di Mata Mantan Bupati Bojonegoro, Kang Yoto

Bojonegoro - Salah satu putra terbaik asal Bojonegoro, Prof Dr Pratikno MSoc Sc, pada Minggu malam (20/10/2024) kembali dipilih menjadi ...

Infotorial

Cara Petani di Jalur Pipa Minyak Kembangkan Pertanian Berkelanjutan

Cara Petani di Jalur Pipa Minyak Kembangkan Pertanian Berkelanjutan

"ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) bersama petani di jalur pipa Lapangan Banyu Urip, terus mengembangkan pertanian berkelanjutan dan aman. Hasil panen ...

Berita Foto

Foto Evakuasi Serpihan Pesawat T-50i Golden Eagle TNI AU yang Jatuh di Blora

Berita Foto

Foto Evakuasi Serpihan Pesawat T-50i Golden Eagle TNI AU yang Jatuh di Blora

Blora - Petugas gabungan dari TNI, Polri, BPBD dan warga sekitar terus melakukan pencarian terhadap serpihan pesawat tempur T-50i Golden ...

Religi

Pakaian Ihram saat Haji dan Umrah, antara Syariat dan Hakikat

Pakaian Ihram saat Haji dan Umrah, antara Syariat dan Hakikat

Judul itu menjadi tema pembekalan sekaligus pengajian Rabu pagi (24/01/2024) di Masjid Nabawi al Munawaroh, Madinah, kepada jemaah umrah dari ...

Wisata

Bojonegoro Bakal Gelar Festival Geopark 2025

Bojonegoro Bakal Gelar Festival Geopark 2025

Bojonegoro - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) bakal menggelar Festival Geopark 2025. Festival Geopark 2025 ...

1760303075.2596 at start, 1760303075.3057 at end, 0.046131134033203 sec elapsed