Indonesia Berada di Peringkat Kelima Tertinggi Dunia untuk Kelahiran Prematur
Selasa, 02 Desember 2025 14:00 WIBOleh Tim Redaksi
Nasional - Kelahiran prematur masih menjadi salah satu tantangan kesehatan terbesar di dunia, dan posisi Indonesia kini semakin menegaskan urgensi itu. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat kelima tertinggi di dunia dengan sekitar 675.700 bayi lahir prematur setiap tahun. Angka tersebut bukan hanya statistik, melainkan gambaran nyata dari situasi darurat yang berlangsung di ruang-ruang perawatan intensif neonatal di seluruh Indonesia. Ia menegaskan, kerja sama lintas pihak seperti ini adalah bentuk nyata kepedulian terhadap masa depan generasi Indonesia.
Perawatan bayi prematur tidak hanya soal bertahan hidup. Ini soal kualitas tumbuh kembang jangka panjang, terutama dari sisi nutrisi. Ahli neonatologi RSCM, Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A, Subsp. Neo., mengingatkan bahwa hari pertama kehidupan adalah periode emas bagi bayi prematur. Asupan gizi yang tepat sejak hari pertama sangat menentukan bagaimana bayi dapat bertahan dan berkembang,” tegasnya.
Prof. Rinawati, yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Neonatologi Indonesia (IDAI) Cabang Jakarta, menjelaskan bahwa bayi prematur memiliki kebutuhan gizi yang sangat spesifik.
“Bayi prematur memerlukan asupan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan. Mereka memerlukan protein, lemak, dan karbohidrat yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak serta organ lainnya,” jelasnya.
Menurut Prof. Rinawati, pemberian ASI eksklusif sangat penting bagi bayi prematur.
"ASI mengandung antibodi yang dapat membantu melindungi bayi prematur dari infeksi. Selain itu, ASI juga mengandung nutrisi yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi,” tambahnya.
Namun, tidak semua bayi prematur dapat menerima ASI secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan dukungan teknologi dan perawatan yang memadai untuk memastikan bayi prematur mendapatkan asupan gizi yang cukup. “Kami memerlukan kerja sama yang erat antara tenaga kesehatan, keluarga, dan masyarakat untuk mendukung perawatan bayi prematur,” kata Prof. Rinawati.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama RSCM, Dr. dr. Wahyu Sulistiadi, mengatakan bahwa RSCM telah memiliki fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai untuk merawat bayi prematur. “Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas perawatan bayi prematur dan mendukung program pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi,” ujarnya.(red/toh)






.sm.jpg)
























.md.jpg)






