Agama Itu Petunjuk Hidup, Maka Beragama Harus Menghidupkan
Sabtu, 09 April 2016 16:00 WIBOleh Heri Sukro
Oleh Heri Sukro
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang berkata “kami mendengarkan,” padahal mereka tidak mendengarkan.
Ayat 21 surah al-Anfal itu dikutip Bupati Suyoto sebagai pembuka materi saat menjadi narasumber Peran Agamawan dalam Pembangunan Berkelanjutan di Universitas Muhammadiyah Malang, hari ini, Sabtu (09/04).
Apa yang dibicarakan Kang Yoto? Berikut ini beritabojonegoro.com (BBC) menerbitkan ringkasannya.
PARA agamawan dituntut untuk memahami kondisi sekitarnya agar mampu memberikan pencerahan dan berjualan kepada umat. Terutama saat ini kita berada pada era pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals/ SDGs. Pembangunan ini berprinsip tidak hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk masa depan.
Bagaimana dengan Bojonegoro? Kami telah berusaha mempersiapkan pembangunan inklusif yang berkelanjutan ini. Bojonegoro telah mencanangkan 22 Maret 2016 siap melaksanakan SDGs. Agamawan baik dengan model spiritual maupun ritual, sebagai penjaga etika, karena khususnya di Al Qur'an, semua aspek terkait pembangunan dan atas pengalaman pribadi KY di Bojonegoro yang juga sebagai spiritual leader telah melewati penjaga etika, berperan lebih luas.
Dengan menerapkan direct, dialog, distributive, digital, sehingga tercipta prinsip dari selfish to service, dari rigit to move, dari tahkim to learner, dari past orientation to present and future orientation. Dalam hal ini, juga terhadap hambatan-hambatan yang harus dihadapi seperti consumer mentality, looser etc. Tapi yakinlah keberhasilan akan datang. Spiritual leader harus menguasai permasalahan dan kompeten agar sukses berjualan, dengan karya yang sukses!