4 Kabupaten Belajar Tata Kelola Pertambangan di Bojonegoro
Jumat, 03 Juni 2016 16:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota - Perkembangan pembangunan di Kabupaten Bojonegoro rupanya menarik perhatian beberapa kepala daerah lain. Mereka pun berbondong datang ke Bojonegoro untuk belajar bagaimana mengelola sektor migas dan non migas.
Pagi tadi, Jumat (03/06), ada seorang bupati dan tiga perwakilan kabupaten lain yang mengunjungi Bojonegoro. Mereka adalah Bupati Kolaka Sulawesi Tenggara Ahmad Syafe'i bersama perwakilan Pemkab Kabupaten Banyuwangi, Musi Banyuasin, dan Lombok Barat. Kedatangan mereka diprakarsai Article 33 dan Bojonegoro Institute. Kegiatannya yaitu studi excursion kebijakan inovasi tata kelola pertambangan di Bojonegoro.
Sebelumnya, Bupati Kolaka bersama perwakilan Pemkab Kabupaten Banyuwangi, Musi Banyuasin, dan Lombok Barat, diajak untuk mengunjungi beberapa desa yang memiliki potensi. Di antaranya Desa Campurejo Kecamatan Bojonegoro, Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu, dan Desa Woncolo Kecamatan Kedewan.
Bupati Kolaka Ahmad Syafe'i dalam sambutannya, menyampaikan, menyampaikan rasa terima kasih kepada article 33 yang telah memfasilitasi kegiatan di daerah pertambangan. Selanjutnya dia berharap, terkait revisi undang-undang pertambangan semoga berpihak kepada daerah.
"Dengan adanya penarikan wewenang pertambangan dari kabupaten ke provinsi, maka ada beberapa hal yang dilakukan Kota Kolaka, yakni menyiapkan sektor pariwisata," ungkapnya.
Ahmad Syafe'i menyebutkan, Kabupaten Kolaka memiliki potensi sumber daya alam, khususnya sektor kelautan dan perikanan, serta rempah-rempah berupa cengkeh. Kolaka sudah mengalami pemekaran, yakni Kolaka Utara dan Kolaka Timur. Kolaka dapat diakses melalui jalur laut, udara, dan jalan darat trans Sulawesi.
"Beberapa waktu lalu kabupaten mengoperasikan pelabuhan kontainer yang langsung menuju dan dari pelabuhan Surabaya. Potensi lain dari sumber daya mineral adalah nikel, onyx, marmer, dan batu sabak," jelasnya.
Saat ini ada beberapa kebijakan membangun wisata di Kolaka, yakni menjadi destinasi tujuan wisata di kawasan timur Indonesia. Akses sudah ada dari Jakarta atau Bali. Destinasi wisata yang ditawarkan, yakni Kompleks Raja-Raja Mekongga, wisata bahari Tamborasi atau sungai terpendek di dunia, Pulau Padamarang yang terdapat 7 gugusan pulau, dan Tanjung Malaaha.
"Jarak terjauh adalah Tamborasi yang berjarak 60 kilometer dari ibu kota Kolaka, sedangkan lainnya hanya berjarak tak lebih dari 20 kilometer," ucap Ahmad Syafe'i.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Bojonegoro dalam sambutannya menyampaikan, Bojonegoro itu dulunya daerah miskin, rawan banjir, dan daerah yang rentan dengan konflik. Hal itu berpengaruh terhadap mental rakyat Bojonegoro, seperti mental peminta, suka mengeluh, takut berproses, dan iri.
Saat ini produksi migas di bojonegoro 170 barel per hari, dan nanti masa puncaknya sebanyak 220 ribu barrel per hari. Sedikitnya 20 persen kebutuhan minyak nasional disuplai dari Bojonegoro.
"Yang harus diantisipasi adalah konflik sosial, kerusakan lingkungan, dan kerusakan infrastruktur. Sementara DBH migas fluktuatif menyesuaikan harga minyak dunia. Berkaca dari kondisi itu, maka pengelolaan anggaran di Bojonegoro berbeda dari daerah lain," ujar Suyoto.
Ancaman lain dari sektor migas, adalah terabaikannya sektor lainnya, mental korupsi, mental pesta, dan mental orang kaya baru. Meski memiliki uang Pemkab tak terjebak membangun infrastruktur yang megah dan lalai masa depan, sehingga terjebak dalam kondisi yang merugikan. Banyak daerah yang kaya pertambangan, namun dalam kondisi terpuruk.
Melihat pengalaman itu, maka Bojonegoro berupaya untuk menghindari kutukan migas. Caranya, dengan mempertegas dukungan politik dan sosial, mendukung kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas, dan mengelola lingkungan.
"Bagaimana memaksimalkan peluang saat konstruksi dan produksi dengan membuat Perda konten lokal. Lalu, mengefektifkan belanja untuk pembangunan berkelanjutan, SDM, Infrastruktur dan fiskal. Yang penting mengelola semua itu dengan transparan dan akuntabel untuk menghindari konflik," tutur Kang Yoto, panggilan akrabnya.
Dijelaskan pula, Bojonegoro sekarang ini mempersiapkan membentuk dana abadi migas untuk pelayanan publik dan infrastruktur. Untuk pengembangan SDM dilakukan dengan memberikan bea siswa Rp 2 juta per siswa dan pelatihan keterampilan. Keberlanjutan fiskal dilakukan di antaranya dengan investasi produktif, komitmen terhadap pembangunan desa, dan transparansi serta optimalisasi potensi lokal. (ver/tap)