Gagal Panen, Petani Tembakau di Bojonegoro Merugi
Selasa, 18 Oktober 2016 19:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Bojonegoro – Petani tembakau di Bojonegoro merugi. Penyebabnya, musim kemarau basah dengan curah hujan tinggi membuat tanaman tembakau yang ditanam di sawah mengalami gagal panen.
Ribuan hektare tanaman tembakau yang tersebar di beberapa kecamatan sudah tidak bisa dipetik daunnya karena kondisinya rusak. Daun tembakau tampak layu, kuning dan busuk akibat tergenang air.
Salah satu petani tembakau di Desa Bakung, Kecamatan Kanor, Wajiman mengatakan, dari sisi kualitas panenan pertama kali masuk kategori jelek. Kedua dan ketiga tambah jelek, dan sekarang tidak bisa dipanen, lantaran daun tembakau layu dan kering.
"Semua petani tembakau gagal panen. Selain hasilnya buruk, pemasarannya juga sulit karena cuaca," ujar Wajiman.
Petani lainnya, Sukarman mengatakan intensitas hujan seminggu terakhir yang bertambah tinggi menjadi faktor utama. Karena, genangan air tidak bisa dibuang dan terus bertambah. Padahal, kebanyakan masih memasuki musim petik produktif.
“Rata-rata baru tiga kali petik. Bahkan, yang tanam bibit belakangan, bisa dipastikan baru akan mulai petik," katanya.
Dikatakan, mereka yang sudah panen, belum merasakan harga bagus. Untuk rajangan halus dengan jenis daun petik ketiga dan empat masih berada di kisaran harga Rp 10.000 per kilogram hingga Rp 12.000 per kilogram. Itu harga sebelum hujan turun dan cuaca cukup panas. Namun, sekarang ini bisa jadi harga jauh di bawah itu dan tidak laku.
“Kemarin ada tengkulak yang menawar tembakau milik warga hanya Rp 4.000 per kilogramnya. Ini jelas petani tembakau merugi besar,” tutur Sukarman. (her/kik)