Di Kedaton Kecamatan Kapas, Ribuan Cangkul Diproduksi Tiap Hari
Kamis, 03 November 2016 19:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Kapas - Selaras dengan nama jalan yang terpampang, di Jalan Pande Besi, Desa Kedaton Kecamaan Kapas, Kabupaten Bojonegoro terdapat sekitar 25 pande besi. Hal ini membuat tempat tersebut menjadi sentra produksi alat pertanian dari bahan baku besi. Ribuan cangkul, sabit dan cetok dibuat di sana tiap bulannya.
Kabar impor cangkul dari Cina ternyata tidak ditanggapi serius oleh para pandai besi di sana. Menurut mereka hal itu sudah terjadi sejak sekian lama. Hanya saja saja kualitasnya tidak disukai para petani. Sehingga impor cangkul dari Cina itu dianggap tidak berpengaruh pada jumlah pemasaran.
Seperti disampaikan salah satu pande besi, Mohamad Romli (36), ketika ditemui BBC Kamis (03/11/2016) sore. Sebelumnya, pria berambut lurus itu mengaku telah mengetahui kabar impor cangkul Cina dari pemberitaan media. Menurutnya hal itu sudah lama terjadi.
"Kalau melihat gambarnya, yang diimpor itu jenis pacul singen atau buatan pabrik. Di Kudus juga ada pacul seperti itu. Merknya kita semua juga hapal," jelas Romli sembari membuat gagang sabit dari kayu jati.
Pada BBC, Romli menerangkan dapat memproduksi 250 hingga 400 cangkul. Tergantung jumlah pesanan yang diterima. Untuk cangkul, tiap buahnya dijual dengan harga Rp 55.000 lengkap dengan gagangnya. Sedangkan untuk sabit per bijinya dijual dengan harga Rp 25.000 dan Rp 30.000.
Adapun penjualannya bisa dilakukan per buah di workshop miliknya atau dengan sistem borongan. Pada bulan lalu, lanjut dia, bersama dengan istrinya baru saja menyelesaikan borongan cangkul sebanyak 300 buah. Pesanan tersebut dipergunakan oleh Solo Hilir. Selain itu produknya juga pernah dipasarkan hingga Sumatera dan Kalimantan.
Ditemui terpisah, Kepala Desa Kedaton, Harianto, menjelaskan bahwa keberadaan pande besi di Kedaton telah berjalan sejak lama. Diyakini oleh warga sekitar juga sejak kolonial Belanda. Bahkan pada saat itu juga mengerjakan senjata perang.
"Saat ini ada sekitar 25 pande besi. Di beberapa daerah lain seperti Sukowati dan Tanjungharjo juga ada. Dan mereka itu asalnya juga warga sini yang menikah di sana," sambung Hariyanto di perpustakaan yang didirikannya, Jaya Binangun. (rul/kik)