Mengelola Virus Khayalan Thoyyiban Migas di Bojonegoro
Selasa, 20 Desember 2016 12:00 WIBOleh Kang Yoto
Oleh Kang Yoto
DENGAN adanya industri minyak dan gas bumi di Bojonegoro membawa dampak luar biasa. Salah satunya harapan yang tinggi dari masyarakat terhadap migas. Semua orang yakin bahwa kita akan menjadi kaya dengan migas.
Inilah yang menumbuhkan semacam virus baru di tengah masyarakat, yakni virus "Khayalan Thoyyiban" atau angan-angan yang indah akan minyak dan gas.
Khayalan Thoyyiban ini dimulai sebelum, sesaat, sedang atau saat puncak produksi. Kini ketika sedang produksi, apa yang ada dibenak mereka adalah bisa ikut mengolah, baik maintenance atau operation.
Karena itu, Khayalan Thoyyiban ini harus dimanage (kelola) dengan baik. Dengan maksud untuk memberikan dampak kesejahteraan bagi masyarakat, utamanya adalah mereka yang berada di sekitar lokasi eksplorasi.
Mengapa demikian? Pertama, karena di tempat minyak ada proses penderitaan yang panjang. Kedua, di sekitar kegiatan eksplorasi kecenderungan SDM masih terbatas. Ketiga, masyarakat harus dapat kesempatan untuk tumbuh dan berkembang bersama di kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.
Dari sinilah Kabupaten Bojonegoro menerapkan prinsip Sila Kelima Pancasila, yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Penguatan ini dimaknai pada sisi keadilan distributif dan keadilan partisipatif.
Apa yang dikatakan orang tentang Kutukan Sumber Daya Migas itu lebih karena kesalahan pengelolaan. Kesalahan Sumber Daya Manusia inilah yang mengakibatkan kutukan, karena salah mengelola lingkungan, konflik, mental korupsi, dan belanja yang tidak tepat.
Untuk menghindari Kutukan Sumber Daya Migas, Bojonegoro membuat kebijakan yang mengarah pada penguatan SDM, infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi, dan penguatan fiskal dalam jangka panjang. Salah satunya, melalui Dana Abadi Migas sebagai bentuk pertanggungjawaban moral dan menyiapkan masa depan untuk anak cucu kita.
Harus dipahami betul bahwa anak cucu kita mempunyai hak-hak pula terhadap migas. Karenanya kita harus mengelola dengan baik. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Allah dan anak cucu kita.
Penguatan fiskal ini demi masa depan generasi mendatang, artinya Dana Abadi Migas ini untuk menyiapkan generasi Bojonegoro. Sehingga kita tidak sekedar meninggalkan cerita sejarah tentang kekayaan minyak kita. (*/tap)
*) Materi ini disampaikan Bupati Bojonegoro Drs H Suyoto MSi saat membuka Lokakarya Pengelolaan Industri Hulu Migas di Indonesia yang diselenggarakan ExxonMobil Cepu Limited di Aston Bojonegoro City Hotel, Senin (19/12/2016) pagi.