Melawan Rasa Takut, Melampaui Batas Maksimalmu
Sabtu, 25 Maret 2017 10:00 WIBOleh Ranitya Nurlita
Oleh Ranitya Nurlita
"Keliling Dunia itu mudah, sangat mudah. Terlebih kita mempunyai banyak uang. Ada satu hal yang berbeda saat kamu keliling dunia dengan membawa nama Bangsamu yaitu Indonesia. You will be proud. You need more efforts to represent your country. Yes INDONESIA" - Ranitya Nurlita
Mendapatkan kesempatan menjadi duta Indoensia dalam ajang The for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) adalah sebuah pengalaman yang luar biasa. Sebab melalui program pertukaran pemuda mewakili Jawa Timur ini maka suaramu, peranmu, dan prestasimu dapat mengharumkan Tanah Air dan bangsa di negeri orang. Namun ada satu pengalaman yang tidak terlupakan yakni melampaui batas maksimalmu, seperti tagline Bojonegoro sekarang ini. Seorang alumni Program PPAN dari Jawa Timur, pernah mengatakan bahwa “Kamu harus melewati batas maksimalmu Lita”.
Dan itu yang saya lakukan dan terapkan selama pembekalan di tingkat provinsi dan juga PDT. Saya sebenarnya bukan penari, dan saya tidak dapat menari sedikitpun. Jika saya harus menari, gerakan saya sangat kaku seperti robot. Tari adalah hal budaya kesenian yang justru saya takuti. Namun sejak SSEAYP, secara tidak langsung saya memaksa diri untuk keluar dari ketakutan itu dan akhirnya saya dapat menari. Saya juga menjadi pemeran utama saat program Japan-ASEAN Youth Leader Summit (YLS) berlangsung.
Japan-ASEAN Youth Leader Summit (YLS) merupakan bagian dari The Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) ke 43 dan yang dilaksanakan selama country program di Jepang. YLS dilaksanakan berlangsung pada tanggal 30 Oktober 2016 sampai 2 November 2016 di National Youth Center (NYC). Adapun Kegiatan YLS meliputi diskusi dengan 100 local youths dan 330 participating youths dengan tema besar “Youth Participation in Social Activities”. Selain kegiatan diskusi, terdapat kegiatan pementasan seni dari tiap negara yang berpartisipasi, dan juga pameran dari negara Jepang dan ASEAN.
Kontingen Indonesia atau Garuda 43 berhasil sukses menampilkan kesenian tari kontemporer berjudul “The Fire Mystical Dress”. Tarian kontemporer ini merupakan tarian yang ini menggambarkan sebuah khayangan yang terletak di Bojonegoro, Jawa Timur. Khayangan ini merupakan tempat api abadi berada (khayangan api). Di khayangan ini ada di sana duduk seorang Ratu yang sangat cantik dengan di atas singgasananya. Kecantikan itu digambarkan dengan kostum api dan juga batik Bojonegoro dengan bermotif daun jati yang meranggas. Kostum ini merupakan salah satu kostum karnaval yang didesain oleh Designer Nasional Eko Tjandra. Saya membawakan tarian ini bersama dengan 24 kontingen Indonesia lainnya dan mendapat sambutan meriah dari para pengunjung yang hadir begitu meriah.
Saya terbukti bisa menaklukkan ketakutan saya untuk menari setelah mendapat tepukan meriah dan apresiasi dari tamu undangan, dan para peserta yang menyaksikan penampilan kami. Ketakutan saya serasa hilang langung sirna setelah mendapat tepukan meriah dan apresiasi dari tamu undangan dan para peserta saat YLS berlangsung.
Send off ceremony, upacara paling menyedihkan saat berpisah dengan keluarga angkat selama program, hal yang paling menyentuh dan menyedihkan yaitu pada saat Send off ceremony. Send off Ceremony adalah pelepasan pita warna-warni oleh peserta SSEAYP dari atas kapal dan berpisah dengan keluarga angkat. Saya mendapat keluarga angkat baru selama di Jepang, Vietnam, Thailand, Singapura, dan Jepang. Bagi saya, mereka merupakan keluarga kedua saya setelah orang tua saya. Melalui program keluarga angkat, SSEAYP telah mengajarkan saya akan tentang arti toleransi; bagaimana berinteraksi dan berkomunikasi dengan keluarga baru dengan baik, serta bagaimana menghormati perbedaan baik agama, budaya, dan sebagainya.
Semua baru akan dimulai dengan “Lead by Example” dan Sayap- Sayap Garuda 43 akan Indah di waktu yang tepat. Kang Joy (Yodi Dermawan Dasuki), sapaan hangat National Leader kontingen Garuda 43 merupakan sosok yang tidak hanya menginspirasi Kontingen Indonesia, namun juga memberikan panutan yang baik kepada kontingen negara lain. “Lead by Example”, banyak hal yang dapat diartikan dari 1 kalimat tersebut, seperti jiwa dan semangat nasionalisme, keramah-tamahan, dan kontribusi selama program.
Berawal dari “Lead by Example” yang selalu Kang Joy tanamkan kepada seluruh anggota Kontingen Indonesia, saya banyak akan arti dari “Menjadi Pemimpin”. Semua harus diawali dengan contoh dari diri sendiri sebelum kita melakukan suatu aksi, gebrakan, terobosan ataupun inisiasi. Di saat contoh itu bagus, maka semesta pasti akan mendukung. Pada akhirnya, semua akan mengikuti apa yang kita contohkan saat menjadi seorang pemimpin di masa depan nanti. (nur/ver/kik)