Ardena Alfa Akli, Gadis 17 Tahun yang Sudah Menulis 18 Buku
Rabu, 26 April 2017 14:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Bojonegoro - Seorang gadis berbusana syar’i warna biru nampak berbeda di antara gadis lainnya pada acara seminar Kartini Menulis, Sabtu lalu (21/04/2017), di aula Yayasan Az-Zakia Jalan Lettu Suyitno Mulyorejo Bojonegoro, yang masih berseragam sekolah. Dia bergerak lembut mendampingi penulis senior yang dikenal dengan nama Pipiet Senja di meja pembicara. Ya, gadis itu tidak menjadi peserta melainkan menjadi narasumber dalam seminar peringatan Hari Kartini itu. Bukan asal – asalan, gadis itu rupanya di usianya yang masih muda, sudah menulis banyak buku.
Nama gadis itu Ardena Alfa Akli. Remaja 17 tahun ini rupanya diam-diam telah menelurkan karya sebanyak 18 buku. Namanya memang tidak begitu dikenal di Bojonegoro, tetapi karya-karyanya telah menyebar ke daerah – daerah lain di Indonesia. Tak pelak Ardena turut mewarnai jagad literasi di Bojonegoro.
Remaja yang masih berstatus siswa di SMK Sentosa Dharma Jurusan Farmasi ini mengaku mulai membiasakan menulis sejak masih kecil, pada buku diary. Kemudian kegiatan menulis ini menjadi serius ketika dia menemukan sebuah pengumuman lomba di facebook. Tidak disangka, tulisannya ternyata dinilai layak untuk diterbitkan bersama tulisan penulis lainnya.
"Meski suka menulis, saya tidak terlalu suka membaca. Tetapi saya suka menonton film," tuturnya polos.
Ardena menyebutkan salah satu film yang dia suka adalah 'Ayah, Mengapa Aku Berbeda, sebuah film yang diadaptasi dari novel Agnes Donovar. Menurut Ardena, film itu sangat menggugah semangatnya untuk berkarya, karena dia minder dengan dirinya yang bertubuh mungil. Tetapi melihat perjuangan tokoh utama dalam film itu, Ardena berusaha untuk terus berkarya. Dia ingin seperti Pipiet Senja yang terus menulis sehingga bisa terkenal.
Semangatnya bertambah ketika mengenal sosok guru yang juga kurang sempurna secara fisik, tetapi bisa menjadi dosen. Gurunya tersebut menderita penyakit polo. Sehingga dia terus memacu kemampuannya menulis melalui lomba-lomba yang ada di internet.
"Bahkan saat ini saya kecewa dengan peringatan Hari Kartini yang selalu menonjolkan baju dan make up yang glamour,"katanya.
Menurut Ardena, seharusnya Kartini mengajarkan kesederhanaan dan juga prestasi. Karena itu Ardena ingin menjadi Kartini modern yang bermanfaat melalui tulisan-tulisannya. Dia berharap tulisan-tulisannya memberi manfaat bagi para pembacanya. Novel pertamanya yang sudah beredar di toko buku berjudul Suntikan Sudut Hati. (ver/moha)