Menyaksikan Ekspresi Tubuh Negeri di Malam Pantomim Sayap Jendela
Minggu, 18 Juni 2017 16:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
ARAK – arakan kelompok pemuda dengan dengan make up wajah warna putih dan merah darah pada bibir itu mengelilingi Kelurahan Ledok Kulon Kecamatan Bojonegoro kemarin malam, Sabtu (17/06/2017). Masing-masing kelompok membawa bentangan spanduk bertuliskan identitas komunitas mereka. Di antaranya Ekspresif Mime, Deaf Mime, Sekar Pethak, Pelangi Budaya dan beberapa kelompok lainnya.
Arak-arakan itu mengundang ketertarikan masyarakat untuk hadir dalam Malam Pantomim yang dipusatkan di Sanggar Sayap Jendela di kelurahan setempat.
Beberapa kelompok seni pantomim menampilkan kreasinya di panggung dengan tenda bertiang bambu itu menghibur warga Ledok Kulon dan sekitarnya yang berbondng – bondong menyaksikan. Tidak hanya komunitas dari Bojonegoro, tetapi juga dari komunitas luar kota Bojonegoro seperti Sendratasik dari Surabaya, Pelangi Budaya dari Jember.
"Malam pantomim ini merupakan tahun ke enam pelaksanaannya," ungkap ketua penyelenggara Malam Pantomim, Takim Kok Gito-gito.
Menurut Takim, tema yang diangkat dalam acara ini adalah Ekspresi Tubuh Negeri. Dengan mengacu tema itu, masing-masing kelompok akan memberikan suguhan terkait Indonesia. Sebab ini merupakan cara untuk mengukuhkan semangat keindonesiaan.
"Pada Sabtu malam yang tampil dari dalam kota, sedangkan Minggu yang tampil dari luar Bojonegoro," imbuhnya.
Kegiatan kreatif ini bukan kali pertama. Tahun ini adalah yang keenam kalinya.Yang membanggakan, kegiatan berkelas tersebut tidak melibatkan sponsor atau penyandang dana dari luar. Semua biaya produksi menggunakan dana hasil penjualan kaos. Meski demikian hal ini tidak menyurutkan semangatnya dalam berkarya. Bahkan meski dalam keterbasan dana, dia dan timnya akan berusaha semaksimal mungkin.
Yang menarik dalam pertunjukkan ini semuanya bisa tampil asal memiliki karya, tidak peduli anak-anak, ataupun para difabilitas bisa tampil dalam pentas ini. Salah seorang anak yang masih duduk di bangku TK, Adin, tampil bersama kedua temannya memeragakan gerak dan ekspresi anak – anak kampung bermain layang – layang. Meski hanya latihan sehari Adin dan kedua temannya berani unjuk gigi menyodorkan cerita layang-layang. Ada juga Septian Adi Saugi, alumni SLB yang mengalami tuna rungu wicara tampil cukup ciamik sebagai pertunjukan penutup acara dengan iringan musik tradisional.
Mereka menunjukkan sebuah laku seni yang penuh semangat dan semarak. Keterbatasan bukan aral yang membuat mereka ciut nyali. Tetapi kemauan dan kerja keras yang menjadi tonggak utamanya. Buktinya mereka mampu memberikan suguhan yang spektakuler hingga pertengahan malam. (ver/moha)