Berpakansi ke Ngasem
Kampung Inggris Juga Ada di Desa Wadang
Jumat, 23 Oktober 2015 11:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Ngasem - Bagi pecinta bahasa Inggris, siapa yang tidak tahu kampung Inggris, Pare, Kediri. Sudah tak terhitung banyaknya orang yang berbondong-bondong datang ke sana untuk mempelajari bahasa internasional itu. Beragam program dan lembaga kursus tersedia untuk menjawab kebutuhan masyarakat dari berbagai latar belakang.
Keberhasilan peraih penghargaan tokoh pendidikan era SBY, Mister Kalend, itu mulai diikuti oleh berbagai daerah termasuk Bojonegoro, yang kini menjadi salah satu pusat industri minyak dan gas bumi (migas) dalam negeri. Kampung Inggris tersebut terdapat di Desa Wadang, Kecamatan Ngasem.
Kamis (23/10) sekitar pukul 12.30 WIB siang, wartawan beritabojonegoro.com (BBC) harus bertanya lebih dari tiga kali agar sampai ke Desa Wadang. Jalan paving yang tidak rata sesekali jadi gangguan. Dengan arahan dari Kepala Desa setempat sampailah pada gang kecil berpedel. Dari mulut gang tampak sebuah bangunan setengah jadi. Di salah satu sisi dindingnya terpasang spanduk bertuliskan Andalusia English Course (AEC).
Di dalam ruangan berukuran 4x5 meter itu tiga orang siswa dan seorang tutor tengah asyik berbincang. Percakapan mereka menggunakan bahasa Inggris. Mereka ternyata sedang melakukan pembelajaran untuk program Basic English. Suasana pembelajaran berlangsung akrab. Kesan adanya guru dan murid sama sekali tidak terasa.
"Kami bertiga tidur di sini. Yang putri ada dua anak juga tidur sini. Biar lancar berbahasa, kami tiap hari bercakap-cakap dengan bahasa Inggris. Untuk bahasa Arab masih belum," kata seorang siswa, Khuzain ketika ditemui BBC.
Di samping bangunan setengah jadi itu terdapat sebuah rumah. Di depan teras terpasang luku (alat membajak sawah) dari jati kuno sebagai pajangan. Setelah mengucap salam dan menunggu beberapa saat muncul seorang pria yang segera mempersilakan BBC masuk dengan ramah. Dia adalah Ahmad Syahri (33), pendiri AEC sejak setahun yang lalu. Bersama istrinya dia mengajar bahasa Inggris pada anak-anak sekitar Ngasem, serta beberapa dari Kecamatan Kapas dan Baureno. Hal itu dilakukannya sembari menjadi guru di salah satu yayasan di desa setempat.
"Dulu saya belajar lama di Pare langsung kepada Mr Kalend. Apa yang dilakukan beliau dulu, inilah yang saya lakukan di sini," jelas pria yang juga mahir terapi hipnoteraphy itu.
Pada BBC dia mengatakan bahwa secara legal formal kelembagaan kursus yang didirikannya belum diurus. Bagi bapak dua anak tersebut yang terpenting adalah terasa manfaatnya terlebih dulu. Biaya yang diperlukan agar dapat belajar di tempatnya juga masih sukarela. Menurut hematnya hal yang paling dasar yang perlu dibangun adalah eksistensi terlebih dulu. Semua itu dia pelajari ketika menimba ilmu di Pare.
Dia menambahkan bahwa sistem pengajaran maupun materi juga diadopsi dari Pare. Perjalanannya mengelola kursusan selama setahun, dianggapnya belum apa-apa. Karena tujuan utamanya, lanjut dia, adalah membumikan bahasa agar lebih mudah dipelajari. Dimana bahasa merupakan kunci untuk mereguk nikmatnya samudra ilmu.
"Untuk mempromosikan secara besar-besaran bagi saya juga belum perlu. Yang penting kita ada kegiatan, istiqomah dan berprinsip bahwa ini merupakan lahan perjuangan," tandas pria yang pernah menjabat sebagai Ketua PAC Anshor Kecamatan Ngasem itu.
Selain bahasa Inggris dia juga membuka kelas bahasa Arab. Adapun sebagai pengarah program ini adalah sang istri yang merupakan jebolan sastra Arab Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Kepala Desa Wadang, Ya'qub, mengatakan sangat mendukung dengan kegiatan anak-anak di AEC. Bahkan dia juga mengakui, kualitas anak didik di tempat tersebut dapat diandalkan. Pria berkulit sawo matang itu mengaku pernah menyaksikan sendiri keterampilan berbahasa Inggris mereka.
"Saya sangat salut dengan kegiatannya karena dilakukan dengan bahasa Inggris. Seperti ngaji dan pentas seni gitu mereka pakai bahasa Inggris," pungkasnya. (rul/tap)
*) Foto para siswa kampung inggris di desa wadang, ngasem