Seluruh Sekolah di Blora Telah Menggelar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
Kamis, 27 Mei 2021 10:00 WIBOleh Priyo SPd Editor Imam Nurcahyo
Blora - Seluruh sekolah di Kabupaten Blora, mulai jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), telah menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas.
Pembelajaran tatap muka terbatas tersebut dilaksanakan untuk maksimal 50 persen jumlah siswa dan hanya berlangsung selama 2 jam, tanpa adanya jam istirahat, serta dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Blora, Hendi Purnomo Kadindik Blora, yang membawahi jenjang pendidikan SD dn SMP, kepada awak media ini, Kamis (27/05/2021) menyampaikan bahwa proses pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sudah digelar di seluruh jenjang sekolah di Kabupaten Blora.
Menurutnya, penerapan ini seiring tidak ditemukannya klaster selama uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas beberapa bulan lalu.
"Pembelajaran tatap muka, baik SD maupun SMP sudah kita gelar 100 persen. Alhamdulillah sampai saat ini tidak terjadi klaster sekolah. Semoga ke depan tetap aman saja," kata Hendi Purnomo. Kamis (27/05/2021).
Salah satu sekolah dasar (SD) di Kabupaten Blora yang telah menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas. (foto: priyo/beritabojonegoro)
Hendi menerangkan bahwa dalam PTM terbatas ini pihaknya berpedoman terhadap Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Mentri, yang mana penerapannya diatur sesuai SOP yang ada.
"Jadi kita gelar sesuai SOP yang ada. Maksimal siswa 50 persen. Tidak ada jam istirahat. Pembelajaran hanya berlangsung 2 jam dan wajib menerapkan protokol kesehatan," ucapnya.
Hendi pun memerintahkan kepada para guru yang dalam keadaan sakit untuk tidak mengajar di sekolah. Begitupun dengan anak didik, yang dalam keadaan sakit agar diijinkan untuk tidak mengikuti PTM.
"Saya sudah perintahkan kepada seluruh Kepala Sekolah, jika memang ada guru yang sakit jangan datang ke sekolah. Karena kadang guru ini yang justru abai prokes. Untuk anak didik juga sama, kalau memang sakit saya minta orang tua untuk tidak masuk sekolah saja. Ini demi mencegah munculnya klaster di sekolah," kata Hendi Purnomo. (teg/imm)