Moh. Arif Rahman Hakim, relawan muda PMI Bojonegoro
Persahabatan Lebih Kekal Daripada Materi
Rabu, 04 November 2015 22:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota-Menjadi seorang sukarelawan tentunya tidak mudah. Selalu ada pengalaman yang membuat seseorang terenyuh untuk nyemplung di sebuah organinasi kemanusian seperti Palang Merah Indonesia (PMI). Seperti yang dilakukan oleh Arif, salah satu staff di PMI Bojonegoro.
Tapi apa yang mau dikata. Namanya sukarelawan. Segala hal yang dilakukan berangkat dari rasa suka.
Lelaki yang bernama lengkap Moh. Arif Rahman Hakim ini terjun sebagai relawan PMI pada tahun 2009. Saat itu, dia adalah mahasiswa di IKIP PGRI Bojonegoro, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
Dua tahun sebelumnya, tahun 2007 akhir, saat banjir besar yang melumpuhkan kota Bojonegoro, Arif terjebak di sana. Awalnya dia pamit kuliah, namun berbelok membantu tantenya mengamankan barang-barang. Namun yang terjadi adalah dia tidak bisa keluar dari sana karena banjir sudah mengelilingi kota. Bojonegoro kota lumpuh. Orang-orang tidak bisa keluar dengan mudah selain harus melewati air. Dan saat itu ada beberapa titik yang aliran arusnya sangat deras hingga dilarang untuk dilewati, dikhawatirkan akan menimbulkan korban jiwa. Dari pengalaman itulah, Arif melihat sendiri bagaimana kondisi orang-orang yang dilanda bencana dan membutuhkan pertolongan.
Arif sendiri adalah orang yang suka berorganisasi, bahkan saat masih menjadi mahasiswa, Arif dan teman-temannya membuat Event Organiser yang dinamai Link Blus.
Melalui Link Blus, Arif membuat acara seperti fashion show, parade band dan lainnya. Setelah acara tersebut, Arif dan teman-temannya melakukan touring. Baginya, kebersamaan yang terpenting. Persahabatan adalah yang terpenting dan lebih kekal dibanding materi. Di PMI, prinsip ini lebih teruji rupanya.
"Di PMI, susah sedih ditanggung bersama. Saling berbagi berjuang untuk kemanusian," ujarnya berapi-api.
Walaupun demikian, rupanya Arif sempat menjadi lelaki yang pemalu. Dia bercerita kepada BeritaBojonegoro.com (BBC), dirinya dulu sering menerima surat cinta, gelang, dan barang lainnya. Saat itu, Arif tidak mengerti kenapa banyak yang menyukai, padahal dia sangat pemalu. Waktu SMA dia pernah mondok di Jombang, ketika bertemu lawan jenis, Arif selalu menundukkan wajah karena malu.
Perjuangannya untuk memberanikan tampil di muka umum masih berlanjut. Sampai sekarang dia masih enggan diminta untuk tampil di panggung. Kendati demikian Arif pernah menjadi kordinator desa pada saat program Norwegia di Balen pada tahun 2011-2013.
Lelaki kelahiran 15 Mei 1988 ini lulus IKIP tahun 2010. Seperti para pemuda lainnya, Arif mencoba peruntungan di beberapa perusahaan. Pernah bekerja di percetakan, dan juga di Unilever. Kemudian nasib membawanya menjadi staff di PMI Bojonegoro.(ver/moha)