Hafidz, Peserta Konferensi Anak Indonesia dari Bojonegoro
Senang Bertemu Wakil Presiden Boediono dan Menteri Yohana Yembise
Kamis, 26 November 2015 18:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kapas - Acara Konferensi Anak Indonesia yang dilaksanakan pada Jumat, 6 November 2015 lalu di Jakarta, masih menyisakan kebanggaan pada anak-anak Bojonegoro yang berkesempatan hadir. Salah satunya adalah Hafidz, anak penyandang cacat tuna netra dari Sekolah Luar Biasa Tut Wuri Handayani, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro.
Hafidz merupakan satu-satunya siswa dari SLB yang diundang dalam Konferensi Anak Indonesia 2016. Kekurangan dalam penglihatan tidak menghambat prestasinya. Karangannya tentang permainan bocah, “Petak Umpet” berhasil membawanya ke Jakarta.
Kepada beritabojonegoro.com (BBC), Hafidz mengisahkan pengalamannya ketika mengikuti Konferensi Anak Indonesia 2016 di Jakarta, tiga pekan lalu. Dia berangkat dari Bojonegoro bersama kedua orangtua dan adiknya menggunakan moda transportasi Kereta Api.
Pada acara tersebut dia sangat terkesan saat diberi kesempatan bertemu dengan tokoh-tokoh penting negeri ini. Sebut saja, mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Prof Dr H Boediono MEc, juga Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, serta tokoh penting lainnya.
"Ibu Menteri cerita kalau cita-citanya dulu sebenarnya ingin menjadi pilot. Tapi ndak tahunya, sekarang malah jadi Menteri. Kalau Pak Boediono cerita tentang cita-cita waktu SD mau jadi pembuat wayang kulit, tetapi malah jadi Wakil Presiden," tutur Hafidz dengan semangat.
Dalam acara Konferensi Anak Indonesia, 6 November 2015 lalu, Hafidz menunjukkan penampilan terbaiknya dalam permainan piano. Dengan penuh penghayatan dan melodi dia membawakan lagu bertitel “Jangan Menyerah” karya grub band papan atas D’masiv. Selain itu, dia juga mahir dan rancak membawakan lagu Tegar, Indonesia Raya, Maju Tak Gentar, dan lainnya.
Putra sulung dari pasangan Siti Nurul dan Ahmad Munif itu ternyata punya cita-cita tinggi menjadi pemusik handal. Awal dia mengenal musik sejak kelas III SLB. Dia dilatih dan diarahkan dua guru ekstrakulikernya di sekolah, yakni Pak Son dan Pak Beni.
Pada kesempatan Hari Guru 25 November 2015 ini, Hafidz ingin mengucapkan terima kasih kepada Bu Hartik dan guru lainnya yang sudah membimbingnya. "Terima kasih karena telah mengajarkan saya menulis dan membaca serta banyak ilmu lainnya," ungkapnya.
Hafidz memang memiliki kekurangan pada indera penglihatannya. Namun kondisi itu tidak mengurangi semangatnya untuk menjadi anak yang mandiri. Dia bisa berjalan di sekolah tanpa bantuan orang lain. Di rumahnya, dia juga bisa naik sepeda.
Meskipun banyak anak sebayanya kerap menggoda dan mempermainkan, dia tetap semangat dalam menjalani harinya.
Bahkan Hafidz berani berpesan kepada anak-anak di Bojonegoro agar terus rajin belajar dan tidak mudah patah arang atau menyerah. “Seperti saya ini, walaupun memiliki kekurangan. Saya malah bisa mewakili Bojonegoro di acara Nasional," tandasnya bangga. (ver/tap)
*) Foto hafizd didampingi ibu gurunya