News Ticker
  • 30 Hari Jelang Pilkada Bojonegoro, Relawan Gelar Doa Bersama untuk Kemenangan Wahono-Nurul
  • Bus Sekolah Gratis, Program Cabup-Cawabup Wahono-Nurul untuk Pelajar Bojonegoro
  • Program Adiwiyata Bukan Sekadar Penghargaan, Melainkan Langkah Nyata Investasi Masa Depan
  • Tandang ke Pasuruan, Persibo Bojonegoro Ditahan Imbang Rans Nusantara FC 2-2
  • Bangun Ekosistem Riset di Bojonegoro, Cabup-Cawabup Setyo Wahono-Nurul Azizah Bakal Bentuk BRIDA
  • Akhir Oktober 2024, Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Tradisional Blora Relatif Stabil
  • Atlet Blora Siap Bawa Pulang Medali di Event Gerak Jalan 28K di Jepara
  • Distributor dan Kios Resmi Pupuk Dukung Setyo Wahono-Nurul Azizah di Pilkada Bojonegoro
  • Cabup-Cawabup Nomor Urut 02 Wahono-Nurul akan Bentuk Satgas Pembangunan Bojonegoro
  • ‘SapaBupati’, Program Komunikatif Cabup-Cawabup Bojonegoro Wahono-Nurul bersama Masyarakat
  • Cabup Setyo Wahono Takziah ke Anggota DPRD Bojonegoro M Suparno yang Ibunya Meninggal
  • Ditinggal Berjualan Kopi, Rumah Warga Temayang, Bojonegoro Hangus Terbakar
  • Cabup-Cawabup Setyo Wahono-Nurul Azizah Hadiri Peringatan Hari Santri di PCNU Bojonegoro
  • Buntut Debat Pilkada Bojonegoro Ricuh, Anwar Sholeh Laporkan Paslon 01, Teguh-Farida ke Bawaslu
  • Pratikno, di Mata Mantan Bupati Bojonegoro, Kang Yoto
  • Kartu Wirausaha Muda, Program Cabup-Cawabup WaNur untuk Dorong Jiwa Entrepreneurship di Bojonegoro
  • Jatuh dan Terkena Sabit Miliknya Sendiri, Warga Purwosari, Bojonegoro Meninggal Dunia di Sawah
  • Dinas Koperasi UKM Jateng Dorong Pelaku UMKM Melek Digital Marketing
  • Pameran Hari Santri Nasional Tahun 2024 Se-Jawa Tengah Digelar di Kabupaten Blora
  • Rocky Gerung Jadi Narasumber Kuliah ‘Filsafat Kebangsaan’ di IKIP PGRI Bojonegoro
  • Debat Calon Wakil Bupati Dihentikan KPU, Ketua DPC Partai Demokrat Bojonegoro Bereaksi
  • Permudah Beasiswa untuk Santri, Calon Bupati Bojonegoro Setyo Wahono Siapkan ‘Kartu Santri’
  • Hasil Survei Poltracking Indonesia, Siapa Unggul di Pilkada Bojonegoro 2024?
  • Grebeg Berkah, Akhiri Kemeriahan Puncak Peringatan Hari Jadi Bojonegoro Ke-347
Lebih dari 30 Tahun Muntari Berjualan Tuak

Menelusuri Jejak Tuak dan Legen di Tuban

Lebih dari 30 Tahun Muntari Berjualan Tuak

Oleh Rizha Setyawan

Tuban - Muntari, 55, duduk dengan tenang di sebuah gubuk bambu beratap daun-daun kering. Gubuk yang tampak sudah tidak terawat dengan baik itu terletak di dekat persawahan dan dekat jalan desa. Di sampingnya, Pinto, 56, teman dekatnya, tampak duduk dengan santai sambil menikmati hawa sejuk tempat itu.

Di depan keduanya tampak sudah ada jeriken berisi seperti air berwarna putih tetapi sedikit berbusa dibiarkan begitu saja. Di dekatnya, tampak berserakan beberapa potongan bambu yang dibuat seperti tempat minuman. Sebagian sudah dikeluarkan, tetapi sebagian lagi masih ada di dalam sak.

“Silakan minum kalau mau mencoba,” ujar Muntari dengan ramah saat ditemuinya. Ia mengajak singgah ke gubuk yang disebut sebagai nitik – tempat untuk minum tuak bersama – itu.

Muntari memang sedang menawarkan minuman tradisional tuak. Toak atau dalam Bahasa Indonesia disebut tuak itu adalah minuman tradisional hasil fermentasi dari nira atau getah pohon siwalan. Minuman itu bisa memabukkan bila mengonsumsinya berlebihan.

Minum tuak biasanya memang memakai batang pohon bambu yang dipotong menjadi sebuah wadah yang disebut centak. Siang itu, Muntari hanya membawa beberapa centak karena tuak yang dia bawa juga tidak banyak. “Saya cuma jualan tuak sekitar 25 liter di jeriken itu,” ucapnya.

Iya, Muntari memang berjualan tuak. Sementara, Pinto adalah pelanggannya. Setiap sore, Muntari selalu menyediakan tuak kepada para penikmat minuman tuak yang disebut masyarakat setempat sebagai beduak itu. Untuk satu centak berisi tuak itu dijual seharga Rp1.000 sampai Rp2.000. “Biasanya, sehari saya bisa menjual tuak lebih dari 15 centak dengan nilai uang sekitar Rp50.000,” ungkap Muntari.

Tidak seberapa lama, beberapa pemuda dari desa setempat datang ke gubuk yang dipakai berjualan tuak oleh Muntari itu. Pemuda yang tubuhnya kekar dan berkulit agak gelap langsung meminta sajian tuak di centak. “Pak, saya minta tuaknya,” ujarnya. Tidak menunggu lama, Muntari lalu menuangkan minuman tuak berwarna putih sedikit berbusa itu ke centak lalu menyodorkannya ke pemuda itu.

Wito, salah seorang pemuda itu, mengaku sudah terbiasa minum tuak. Bahkan, kata pemuda yang bekerja serabutan itu, kalau tidak minum tuak rasanya tidak bersemangat untuk bekerja. “Sebelum bekerja, saya selalu minum tuak. Rasanya, lebih bersemangat kalau sudah meminumnya,” katanya diiyakan teman lainnya yang sore itu ikut minum tuak bersama-sama.

Setelah minum dua centak berisi tuak, Wito dan teman-temannya langsung membayar pada Muntari. Setelah itu, pemuda desa yang mengaku ingin segera kembali bekerja itu bergegas menaiki sepeda motornya dan langsung pergi ke arah Kota Tuban.


Hampir setiap sore, Muntari berjualan tuak di gubuk itu. Biasanya, dia membawa 25 – 30 liter minuman tuak. Bukan hanya Muntari saja yang berjualan tuak di gubuk itu. Biasanya, pada pagi harinya sudah ada beberapa penjual tuak yang menjajakan dagangannya. “Jadi, kami jual tuak itu bergantian,” tutur Muntari.

Di kampungnya di Dusun Lidah, Desa Kembangbelo, Kecamatan/Kabupaten Tuban, Muntari punya kebun pohon siwalan. Sedikitnya ada 25 pohon siwalan di kebunnya itu. Setiap sore, bapak yang memiliki lima anak itu mengambil nira atau getah pohon siwalan itu yang kemudian menjadi minuman tradisional tuak itu. “Saya sudah 30 tahun lebih menjalani pekerjaan sebagai penjual tuak,” terangnya.

Pinto masih menemani Muntari. Pinto yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani itu mengaku sudah sejak lama minum tuak itu. “Saya sehari bisa minum tuak 5-7 centak. Saya biasanya minum saat pagi dan sore hari,” ungkap warga Desa Sumurgung, Kecamatan/Kabupaten Tuban itu.

Sebetulnya, Muntari ingin berhenti berjualan tuak. Apalagi, di usianya yang semakin senja sudah tidak kuat lagi memanjat pohon siwalan yang rata-rata setinggi 10-15 meter itu. Belum lagi, mengambil nira di pohon siwalan itu juga tidak mudah. “Kalau musim hujan, sulit sekali memanjat dan mengambil nira di pohon siwalan itu,” tuturnya.

Tetapi, Muntari tidak punya banyak pilihan. Berjualan tuak menjadi satu-satunya penghasilan setiap hari. Meski, dia juga beternak kambing dan sapi di rumahnya. “Berjualan tuak ini untuk menghidupi anak dan istri,” ujar Muntari dengan pandangan menerawang.

Di kampung Muntari di Desa Kembangbelo terdapat 30 lebih penjual tuak. Setiap pagi atau sore hari mereka mengambil nira dari pohon siwalan yang dibuat menjadi tuak itu. Selanjutnya, mereka berjualan keliling atau mangkal di tempat-tempat tertentu yang disebut nitik itu.

Bagi sebagian masyarakat Tuban, berjualan tuak menjadi salah satu penghasilan tetap mereka. Terutama warga yang tinggal di daerah pesisir Pantai Utara Pulau Jawa dan dikelilingi perbukitan kapur. Pohon siwalan dapat tumbuh subur di daerah dengan jenis tanah mediteran merah dan berkapur.

Sebetulnya, minuman khas Tuban bukan hanya tuak. Tetapi, minuman tradisional yang juga cukup terkenal yaitu legen. Minuman tradisional legen itu juga berasal dari getah atau nira pohon siwalan yang telah melalui proses fermentasi. Hanya saja, legen tidak memabukkan seperti halnya tuak.

Minuman tradisional legen banyak dijajakan di pinggir jalan raya menuju Kota Tuban. Salah satu sentra penjualan legen yang terkenal di Tuban yaitu di Desa Tunah, Kecamatan Semanding, Tuban. Di sepanjang jalan utama Tuban-Lamongan yang masuk kawasan Desa Tunah itu, terdapat ratusan penjual legen.

Menurut Kasdan, 35 tahun, salah satu penjual legen di Desa Tunah, minuman legen banyak dicari oleh para pelancong dari luar kota yang kebetulan singgah di bumi Ronggolawe itu. “Setiap hari ada sekitar 15-20 orang yang membeli legen. Kebanyakan dari pendatang luar kota,” tuturnya.

Minuman tradisional legen itu ada yang ditempatkan di botol plastik bekas minuman. Tetapi, ada pula yang ditempatkan di jerigen ukuran kecil. Legen dijual bervariasi antara Rp2.000 per botol sampai Rp6.000 per jerigen kecil. Selain menjual legen, mereka juga menjual buah siwalan. Harga buah siwalan Rp2.000 per bungkus.

Buah siwalan yang dihasilkan dari perkebunan setempat juga banyak dikirim ke luar daerah. Seperti misalnya ke Probolinggo, Banyuwangi, Kediri, Semarang, hingga ke Jakarta. Biasanya, buah siwalan itu dititipkan truk yang melintas jalur pantura di wilayah Tuban. (zha/kik)

Banner Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Nomor Urut 02
Berita Terkait

Videotorial

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya, Ucapkan Selamat Hari Jadi Bojonegoro Ke-347

Berita Video

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya, Ucapkan Selamat Hari Jadi Bojonegoro Ke-347

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya Kabupaten Bojonegoro mengucapkan Selamat Hari Jadi Bojonegoro ke-347. Seiring berjalannya waktu, kini Bojonegoro ...

Berita Video

Kapolres Bojonegoro Sampaikan Ucapan Selamat Hari Jadi Bojonegoro Ke-347

Berita Video

Kapolres Bojonegoro Sampaikan Ucapan Selamat Hari Jadi Bojonegoro Ke-347

Kapolres Bojonegoro AKBP Mario Prahatinto SH SIK MSi, beserta seluruh staf dan Bhayangkari, mengucapkan Selamat Hari Jadi Bojonegoro ke-347. Di ...

Teras

Memasukkan Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah di Bojonegoro

Menyoroti Konsep Penanggulangan Bencana di Bojonegoro

Memasukkan Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah di Bojonegoro

"Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. ...

Opini

Daulat Rakyat, Bukan Daulat Raja

Daulat Rakyat, Bukan Daulat Raja

*Oleh Muhammad Roqib, S.H.,M.H. Analis Politik dan Pemerintahan Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Gresik Para pendiri bangsa dan negara Indonesia ...

Quote

Semen Gresik Diving Club Borong Medali di Turnamen Bupati Tuban Cup

Semen Gresik Diving Club Borong Medali di Turnamen Bupati Tuban Cup

Tuban, 21 November 2023 - Semen Gresik Diving Club (SGDC) kembali menorehkan prestasi pada event Bupati Tuban Cup 2023. Club ...

Sosok

Pratikno, di Mata Mantan Bupati Bojonegoro, Kang Yoto

Sosok

Pratikno, di Mata Mantan Bupati Bojonegoro, Kang Yoto

Bojonegoro - Salah satu putra terbaik asal Bojonegoro, Prof Dr Pratikno MSoc Sc, pada Minggu malam (20/10/2024) kembali dipilih menjadi ...

Infotorial

Adira Finance Rayakan Hari Pelanggan Nasional Melalui "Adira Menyapa Sahabat"

Adira Finance Rayakan Hari Pelanggan Nasional Melalui "Adira Menyapa Sahabat"

Bojonegoro - Menyambut momentum Hari Pelanggan Nasional (HARPELNAS) 2024, PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. (Adira Finance) Cabang Bojonegoro menyelenggarakan ...

Berita Foto

Warga Bojonegoro yang Dilaporkan Tenggelam di Bengawan Solo Ditemukan Meninggal

Berita Video

Warga Bojonegoro yang Dilaporkan Tenggelam di Bengawan Solo Ditemukan Meninggal

Seorang warga Dusun Gowok, Desa Lebaksari, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro bernama Solikin (55), pada Rabu petang (03/01/2024) dilaporkan tenggelam di ...

Religi

Pakaian Ihram saat Haji dan Umrah, antara Syariat dan Hakikat

Pakaian Ihram saat Haji dan Umrah, antara Syariat dan Hakikat

Judul itu menjadi tema pembekalan sekaligus pengajian Rabu pagi (24/01/2024) di Masjid Nabawi al Munawaroh, Madinah, kepada jemaah umrah dari ...

Hiburan

‘Layangan Dokar’ Raih Jaura Lomba Layan-layang Hias Blora 2024

‘Layangan Dokar’ Raih Jaura Lomba Layan-layang Hias Blora 2024

Blora - Lomba layang-layang hias Bupati Blora Cup 2024, yang digelar Blora Sosial Media (Blosmed) bersama Pemerintah Kelurahan Mlangsen, Kecamatan ...

1730100301.4716 at start, 1730100301.9684 at end, 0.49678802490234 sec elapsed