Mitro'atin, Sang Pemerhati Pendidikan
Jumat, 14 Agustus 2015 21:00 WIBOleh Linda Estiyanti
Oleh : Linda Estiyanti
Terlahir dari lingkungan pedesaan, menumbuhkan semangat suka tantangan dan permasalahan pada diri Mitro’atin. Tekadnya untuk terus berjuang menjadi bermanfaat bagi masyarakat mengantarkannya menduduki jabatan tertinggi di kursi legislatif. Setelah mendapat kepercayaan masyarakat, dengan meraup suara terbanyak kedua di Dapil IV dan masuk dalam Komisi B yang menangani tentang PA dan Anggaran pada 2009, perempuan kelahiran 18 Januari 1970 itu kini menjadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bojonegoro (2014).
Beralamat di Desa Tanjung, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro dan memulai pendidikan dari sekolah dasar, sekolah menengah hingga PGA di lingkungan pedesaan tidak pernah membuatnya minder atau less-confidence untuk terus bersaing di kampus besar ternama, IAIN Sunan Ampel Surabaya. Setelah lulus S-1, perempuan yang kerap disapa Bunda Atin itu kembali ke desa dan mendirikan sebuah TK pertama di kecamatan Tambakrejo, berbentuk Raudlotul Atfal (RA).
Perempuan yang pernah menjadi juara qori’ tingkat propinsi pada tahun 1988 itu adalah pribadi yang sangat tegas dan penyayang. Ia tidak pernah takut untuk menyalahkan dan disalahkan, jika memang terdapat data dan fakta yang sesuai. Ia juga sangat menyukai anak-anak. Baginya, anak-anak adalah generasi emas yang harus dijaga dan disayang. “Anak-anak akan menjadi penerus kita, harus dididik dengan baik,” ujar perempuan penyuka segala jenis sambal dan sangat menggemari masakan cita rasa pedas itu.
Perjalanan kariernya hingga menjadi Ketua DPRD Kabupaten Bojonegoro sekarang ini, tidaklah mudah. Semua bermula ketika dirinya memutuskan untuk memperjuangkan sebuah pembaruan yang bermanfaat untuk masyarakat, sehingga ia berusaha menciptakan kemajuan di dunia pendidikan dengan mendirikan TK. Kemudian menjadi pendidik salah satu MTs pada siangnya dan pembimbing TPA pada sorenya. Ia gunakan hampir seluruh waktunya untuk mengamalkan ilmu. Meskipun pada masa itu pekerjaan yang ia lakukan tidak pernah dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, ia menyadari bahwa menjalani semua itu dengan ikhlas kelak akan menjadi bermanfaat. Sehingga ketika itu ia memutuskan untuk melakoni pekerjaan sambilan. “Minggreng (pedagang keliling, red) sabun dan rias pengantin disela-sela waktu mengajar,” ungkap perempuan yang hobi nyanyi itu.
Setelah ia menikmati pekerjaannya sebagai seorang pendidik, ia memutuskan mengambil transfer S-1 Pendidikan di IKIP PGRI Bojonegoro. Dari kampus yang berlatar-belakang pendidikan dan keguruan itu mampu menjadikannya tauladan dan figur tokoh masyarakat hingga kemudian memaksa ia menerima amanat dari masyarakat untuk mengepalai desa Tanjung, Kecamatan Tambakrejo selama dua kali periode kepemimpinan (2001-2008). Kemudian rakyat Bojonegoro khususnya Dapil IV memilihnya sebagai anggota legislatif dari salah satu partai. “Amanah rakyat harus selalu diperjuangkan,” papar perempuan yang pernah terpilih sebagai Kepala Desa Teladan Propinsi Jawa Timur itu (2005).
Bagi istri dari Muntaha Anwar, seorang guru PAI di Kecamatan Tambakrejo itu, perempuan sangat memegang peranan penting dalam penentuan kebijakan. Karena sudut pandang perempuan lebih lembut sehingga sangat urgent untuk menjadi penyeimbang dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun ini, keterwakilan perempuan di kursi legislatif baru mencapai 10% dari yang sudah ditentukan (30%). Menurutnya, perempuan masa kini tidak harus berada didalam rumah. Perempuan, khususnya generasi muda harus menggali potensi yang ada dan memberi manfaat kepada sesama. “Ada potensi, manfaatkan dengan seimbang,” ujar perempuan yang selalu aktif dalam organisasi Fatayat dan Muslimat NU itu. (lyn/inc)