Mbok Rondo Mori: Jejak Legenda, Petilasan, dan Makna Budaya
Selasa, 14 Oktober 2025 17:00 WIBOleh Tim Redaksi
Bojonegoro – Di tengah hamparan sawah Desa Mori, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, terdapat sebuah petilasan yang tak sekadar bangunan biasa, melainkan penanda kisahnya yang lekat dengan sejarah, dan legenda lokal.
Petilasan itu dikenal sebagai Petilasan Mbok Rondo Mori, satu dari sekian sejarah lokal desa yang menyimpan memori kolektif masyarakat setempat.
“Mbok Rondo Mori” adalah julukan yang digunakan masyarakat setempat; nama asli beliau hingga kini diyakini tersembunyi dalam lorong sejarah. Beberapa versi menyebutkan nama lain seperti Dewi Nawang Wulan, dan Dewi Wulan Sari, sebagai sebutan masyarakat untuk tokoh ini.
Dalam cerita masyarakat, tokoh ini dikaitkan dengan masa ketika agama Islam mulai menyebar di wilayah itu. Ada juga kepercayaan bahwa Mbok Rondo Mori memiliki hubungan spiritual atau garis keturunan dengan tokoh-tokoh sufi atau wali, antara lain Sunan Bonang (Tuban) dan Sunan Giri (Gresik).
Menurut Imron Rosidi (55) seorang tokoh masyarakat Desa Mori Kecamatan trucuk menyampaikan sejarah cerita yang sudah ada Mbok Rondo Mori di singgah di kawasan Desa Mori bukanlah kebetulan melainkan untuk “mensucikan diri” melalui pertapaan dan menyebarkan ajaran keislaman di lingkungan sekitar.
Letak petilasan ini berada di tengah sawah, dan untuk menjangkaunya pengunjung harus menempuh jalan setapak sekitar 400 meter dari pemukiman warga.
pintu masuk petilasan, terdapat papan kayu dengan tulisan aksara Jawa dan huruf Latin yang mencantumkan nama Nyi Dewi Ulan Sari.
Sebelum memasuki area petilasan, pengunjung diwajibkan berwudhu atau membasahi kaki dengan air yang telah disediakan. Terdapat pula larangan bahwa perempuan yang sedang “berhalangan” tidak diperkenankan masuk.
Selain itu, masyarakat sekitar juga menyebut adanya “pepacuh” (larangan atau aturan) yang harus dihormati oleh pengunjung.
Dalam Ritual “nyadran” (sedekah bumi) rutin digelar di petilasan ini sebagai salah satu cara masyarakat menjaga dan melestarikan nilai tradisi lokal serta mengenang cerita sejarah tokoh tersebut.
Selain aspek budaya, Mbok Rondo Mori juga melekat dalam ranah legenda rakyat lokal. Dalam cerita yang berkembang, Mbok Rondo Mori dipercaya memiliki kesaktian luar biasa: setiap musim paceklik atau sulit panen, maka beliau membasai selendangnya dan mengibaskan ke area pertanian agar tidak terjadi paceklik.
Legenda Mbok Rondo Mori, selain di Desa Mori kecamatan Trucuk, juga ada di Desa Sambongrejo, Kecamatan Gondang.
Kepala Dusun Desa Sambongrejo Kecamatan Gondang waryono (56), menceritakan kisah legenda Mbok rondo mori di sini terdapat peninggalan sumber mata air, (sendang) yang di namakan sumber mbok rondo mori.
"Sumber mata air mbok rondo mori ini bagian dari petilasan beliau," kata Waryono.
cerita dari dulu disini wilayah yang sulit air, Mbok rondo mori menggali tanah menggunakan batok kelapa hingga muncul sumber mata air, hingga saat ini dinamakan sendang Mbok rondo mori yang di gunakan untuk pertanian.
Setiap tahun dilakukan “nyadran atau sedekah bumi” yang digelar di sendang Mbok rondo mori, sebagai salah satu cara masyarakat menjaga dan melestarikan budaya lokal dan nilai tradisi mengenang sejarah tokoh tersebut.
" Dengan menaruh batok kelapa yang dulu di gunakan menggali tanah di aliran sumber sendang yang mengalir hingga ke lahan pertanian warga Sambongrejo," ungkap Waryono.
Legenda Mbok Rondo Mori adalah salah satu sejarah warisan cerita masyarakat yang turun temurun.
Meski aspek historisnya kabur, petilasan dan legenda Mbok Rondo Mori tetap memainkan peran signifikan dalam budaya lokal: sebagai titik temu spiritual, identitas komunitas, dan objek wisata religi.
Dengan makin menipisnya kesadaran budaya, pengembangan sosial budaya semacam pemeliharaan petilasan, dokumentasi kisah rakyat, dan edukasi sejarah lokal menjadi penting agar generasi mendatang tidak kehilangan jejak budaya dan sejarah leluhur di desa.(red/toh)
Reporter: Tim Redaksi
Editor: Mohamad Tohir
Publisher: Mohamad Tohir