Menggali Spirit Kepemimpinan Prabu Angling Dharma
Minggu, 12 Oktober 2025 20:00 WIBOleh Tim Redaksi
Menggali Spirit Kepemimpinan Prabu Angling Dharma
Bojonegoro - Dalam lanskap kepemimpinan modern yang kerap diwarnai konflik kepentingan dan tekanan politik, nilai-nilai luhur dari sosok Prabu Angling Dharma, kembali relevan sebagai inspirasi.
Terlepas dari kebenaran historis sosoknya, kisah raja legendaris ini dituturkan banyak kalangan di berbagai daerah dan sama-sama disebut sebagai sosok yang bijaksana. Angling Dharma dikenang sebagai simbol kebijaksanaan, kesederhanaan, kejujuran, serta kecerdasan spiritual dalam memimpin rakyatnya.
Mengusung spirit Angling Dharma, para pemimpin masa kini dapat menjadikannya sebagai referensi, dengan menggali dan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang berakar dari kearifan lokal.
Nilai-nilai tersebut diyakini mampu menjadi penyeimbang antara kekuasaan dan etika, antara kebijakan dan moralitas.
Dalam cerita yang berkembang di masyarakat, Angling Dharma dikenal sebagai raja yang memiliki ilmu linuwih—kemampuan luar biasa untuk memahami bahasa alam dan binatang. Namun, yang paling dikagumi darinya adalah sikap arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
Dalam kitab Serat Angling Dharma dikisahkan bahwa Prabu Angling Dharma rela menyamar dan hidup sederhana demi menjaga rakyatnya dari konflik internal. Ia tidak tergiur oleh kekuasaan, tetapi lebih mengutamakan ketenteraman dan kesejahteraan bersama. Kepemimpinan semacam inilah yang diyakini mampu membangun tatanan masyarakat yang harmonis dan berkeadilan.
Menurut Dul Kasir (51 tahun), juru kunci petilasan Angling Dharma di Wotanngare, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro Angling Dharma adalah simbol yang baik. "Angling berarti titisan leluhur, sementara Dharma bermakna perilaku baik dan penuh tanggung jawab. Perilaku budi pekerti, tidak membeda-bedakan orang, agama, maupun budaya—itulah kebijakan yang dipegang Angling Dharma," katanya, Minggu (12/10/2025).
Angling Dharma bukan sekadar tokoh mitologis, melainkan representasi dari idealisme kepemimpinan Jawa: adil, sabar, toleransi dan menjunjung tinggi kebenaran. Ia bisa menjadi refrensi panutan bagi pemimpin yang ingin dekat dengan rakyat, namun tetap teguh dalam prinsip.
Di tengah krisis global, ketimpangan sosial, dan tantangan pembangunan berkelanjutan, spirit Angling Dharma menjadi nilai penting yang layak diinternalisasi oleh para pemimpin—baik di tingkat desa, daerah, maupun nasional. Ajaran ini menegaskan bahwa kebijaksanaan bukan hanya soal intelektualitas, tetapi perpaduan antara akal sehat, etika, dan empati.
Kisah Prabu Angling Dharma akrab di berbagai kalangan msyarakat di Indonesia karena pernah dipopulerkan lewat tayangan televisi pada kisaran tahun 2000. Sosok raja yang memimpin dengan hati, keteguhan, dan kecintaan kepada rakyatnya. Para pemimpin masa kini dituntut untuk kembali kepada nilai-nilai luhur: memimpin dengan bijaksana dengan kembali berakar dari kearifan lokal. (red/toh)