Mashudi, Putra Desa Gayam
Dari Pelosok Gayam Jadi Lulusan Terbaik IPB
Senin, 25 Januari 2016 17:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota - Kabupaten Bojonegoro layak mengembangkan dada. Satu lagi putra daerahnya mampu meraih prestasi akademis luar biasa. Pemuda ini menjadi lulusan terbaik di Institut Pertanian Bogor (IPB), salah satu kampus bergengsi nasional.
Dialah Mashudi, pemuda asli Dusun Temlokorejo, Desa/Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro. Anak nomor dua dari tiga bersaudara ini merupakan alumni SMA Negeri 4 Bojonegoro. Berjuang sejak SMA, dan akhirnya bisa mendapat beasiswa bidikmisi di IPB jurusan Biologi.
Rasa lelah melahap beragam istilah asing dan ratusan buku, serta jurnal ilmiah, rupanya tak sia-sia. Kegilaannya dalam belajar terbukti menaikkan pada posisi lebih tinggi. Dia dinobatkan sebagai lulusan terbaik jurusan Biologi, seperti dilansir dalam website remi IPB, Rabu (20/01) lalu.
Pemuda kelahiran 25 Februari 1993 itu berasal dari daerah pelosok. Jarak rumahnya ke Kota Bojonegoro sekitar 30 kilometer. Lahir dan tumbuh di pedesaan, membuat Hudi, sapaan akrab Mashudi, tertarik mempelajari dan mengamati alam sekitar.
Terlebih di Desa Gayam yang saat ini menjadi pusat industri migas Blok Cepu. Dia berpikir, bagaimana nasib pertanian ke depan? Apakah harus dibiarkan tergeser industrialisasi migas? Padahal pertanian sudah menjadi pekerjaan turun menurun di desanya.
Pemandangan alam hijau ciri khas desanya mulai berganti bangunan ketel-ketel dan pipa minyak. Udaranya pun berubah panas. Modal nekat tidak cukup untuk bertahan di area persaingan yang begitu ketat. Dia harus belajar lebih luas tentang kehidupan sosial. Keinginan kuat mempelajari lebih lanjut tentang pertanian dan peternakan, membawanya ke IPB, jurusan Departemen Biologi.
Di Bogor, kebanyakan anak kota yang ditemui. Sedangkan dirinya berasal dari desa. Jurang pergaulan tidak lantas membuatnya kecut hati. Dia memantabkan lagi niat untuk menuntut ilmu. Semasa kuliah, Hudi digembleng dosen-dosen yang kompeten.
Teman-teman dari berbagai macam latar belakang memaksanya untuk memahami konsep perbedaan dan toleransi yang besar.
Yang cerdas bukan hanya dia, tetapi banyak dari teman dan dosen yang membuka matanya tentang kecerdasan itu sendiri. Sebuah idealisme yang tinggi untuk menangani beragam masalah yang terjadi di negeri ini.
Untuk itu mulailah dirinya memberdayakan potensi pada kegiatan-kegiatan organisasi, sejingga membentuk dirinya yang sekarang. Kesulitan keuangan layaknya seorang mahasiswa, juga menimpanya. Dana beasiswa tidak cukup untuk kehidupan sehari-hari. Akhirnya Hudi memutuskan mencari pekerjaan sambilan, seperti memberikan les privat. Itu dilakukan untuk menambah uang saku selama di Bogor.
Prestasinya yang terbaru adalah memperoleh medali emas pada ajang Olimpiade Nasional MIPA di Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun lalu.
Selanjutnya Mashudi sedang merancang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi lagi. Dia rupanya tidak puas hanya menjadi sarjana. Menurutnya, masih banyak ilmu yang perlu digali dan didapat. Terutama terkait dampak dari kerusakan lingkungan.
Dia sangat tertarik dengan bahasan konservasi dan lingkungan. Bahkan skripsinya, tentang bakteri yang menambat nitrogen, bisa diaplikasikan pada pupuk. "Serius dengan apa yang dipilih. Hal yang dilakukan dengan serius, insya Allah hasilnya pasti bagus," pesannya. (ver/tap)
*) Foto Mashudi usai wisuda diapit kedua orang tuanya