Ranitya Nurlita, Aktivis Lingkungan Internasional dari Bojonegoro
Diundang Nyebar Ilmu, Nggak Mungkin Ditolak
Kamis, 17 Maret 2016 16:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
PADA malam awal bulan Maret lalu, Ranitya Nurlita datang dengan motornya, sendirian, ke kantor beritabojonegoro.com (BBC). Dia meluangkan waktunya yang lumayan padat untuk sekadar berbagi cerita tentang dunianya yang sarat pengalaman, tantangan dan prestasi. Dia mengaku sangat mendukung segala sesuatu yang ada kaitannya dengan isu lingkungan hidup. Gadis itu biasa disapa Lita.
Lita adalah alumni SMA Negeri 1 Bojonegoro angkatan tahun 2007. Saat ini, gadis dari Jalan KS Tubun Bojonegoro itu masih berstatus sebagai mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan di Intitut Pertanian Bogor (IPB). Lita mengaku kuliah di IPB membuat dunianya semakin luas.
Isu lingkungan hidup yang semakin kritis menyeretnya untuk turut andil dalam perbaikan. Pengalaman pertamanya adalah ketika Lita menjadi relawan di berbagai kegiatan lingkungan, baik di kampus maupun luar kampus.
“Melihat banyak masalah yang timbul di lingkungan ini, membuat saya bertekad menjadi aktivis,” kata Lita mantab.
Lita bercerita, selama lima tahun ini tidak terhitung prestasi yang dia peroleh dari aktivitasnya di isu lingkungan hidup, baik di tingkat nasional maupun internasional. Misalnya saja pada pertengahan 2015 lalu, Lita meraih predikat presentator terbaik dalam acara Internasional Student Conference on Environment dan Sustainability (ISCES) yang diselenggarakan oleh United Nations of Envorenmental Program (UNEP) dan Universitas Tongji, Shanghai, China. Setahun sebelumnya Lita menjadi grand finalist HiLo Green Ambassador, mewakili Indonesia pada berbagai konferensi lingkungan internasional seperti International Youth Environment Meeting di Dhaka, Bangladesh dan Global Youth Meets 2014 di Imphal, India.
“Tahun lalu, saya juga mewakili Indonesia pada Konferensi Asia Tenggara tentang perdagangan satwa liar yang diselenggarakan oleh Asian Devolepment,” katanya melanjutkan.
Belum selesai, yang paling baru, gadis cantik dan cerdas ini mewakili Indonesia menyisihkan 3100 pendaftar untuk ikut dalam ajang anak muda terbesar, 4th Golbal Baku Forum 2016 yang digelar Ninjami International Center, bertempat di Baku, Azerbaijan.
"Rejeki nambah terus. Padahal udah diam untuk lebih fokus nyelesaikan skripsi. Tetapi banyak dapat undangan, nggak mungkin ditolak. Kan nyebar ilmu?" ujar gadis kelahiran tahun 1991 itu sumrigah.
Lita juga aktif mengampanyekan penggunaan tas ulang pakai. Kampanye gencarnya adalah sebuah gerakan yang dia sebut ASEAN Reusable Bag Campaign. ASEAN RBC ini merupakan sebuah gerakan peduli lingkungan yang berkonsentrasi terhadap pengurangan penggunaan kantong plastik. Lita adalah project direktor program penting yang tidak hanya dilakukan di Indonesia itu. Dia gencar berpromosi ke masyarakat di dunia agar beralih dari kantong plastik ke tas yang lebih bisa dipakai berulang kali.
Selain itu, dia bersama kawan-kawan komunitas lingkungan hidupnya juga digandeng oleh Kementrian Lingkungan dan Kehutanan dalam mensosialisasikan Kantong Plastik Berbayar yang masih uji coba sampai Juni 2016 nanti.(ver/moha)
Foto Lita bersama Nina Hachigian, duta besar Amerika Serikat untuk ASEAN saat jadi pembicara di International Women Day. Sumber: dokumen Lita