Dialog Menuju Jalan Kesempurnaan
Minggu, 08 Mei 2016 22:00 WIBOleh Kang Yoto
Oleh Kang Yoto
GURU: Di antara muridku engkau tampak tak pernah lelah, padahal guru tahu engkau bekerja dan melayani bermacam manusia. Guru tahu engkau menerima berbagai macam celaan, pujian, ancaman, tantangan dan kesulitan. Tapi wajahmu selalu menyinarkan harapan?
MURID: Aku tak mau menderita, susah, iri, terlalu berharap, marah, takut dan sombong guru. Karena itu semua membebani hidupku guru. Melelahkanku.
GURU: Maksudmu?
MURID: Guru, aku merasa disaat mendapatkan, aku tidak pernah menerimanya, karena jauh sebelum aku terima telah lebih dahulu aku serahkan kepada Allah dan hambanya, manusia dan alam. Sebelum kehormatanku dicabut atau diancam oleh sesama manusia, aku telah lebih dahulu menghinakan diriku di depan Allah. Aku hanya menjalani hidup, mengalirkan energiku untuk kehidupan alam semesta agar lebih baik. Aku pun menyadari tanpa diriku kehidupan ini tetap akan berubah lebih baik, ada banyak kebajikan yang tercipta oleh sesamaku, dan aku bahagia menyaksikannya. Bahkan saat ada kekurangan di kanan kiriku, aku merasa itulah bentuk kasih sayang sesamaku agar aku berbuat dan memberi arti hidupku!
GURU: Benarkah wahai muridku, tak ada lagi yang engkau takutkan dan sedihkan!
MURID: Ada! Saya takut tidak konsisten, tidak istiqomah selalu. Sehingga aku tidak merdeka lagi. Aku dijajah oleh egoku. Aku tidak lagi sempurna menghamba kepada Tuhanku. Inilah yang paling aku takutkan!
Bojonegoro, 7 Mei 2016
*) Foto kang yoto baik perahu menyusuri banjir bengawan solo ini dari www.rumahreview.com