Lebih Dekat dengan Nadya Safira
Menjadi Yune, Menjadi Cerdas
Senin, 31 Agustus 2015 20:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Seleksi pertama event Kange Yune Bojonegoro 2015 telah meloloskan 15 nominasi Kange dan 15 nominasi Yune untuk masuk ke grand final bulan depan (12/09) di Gedung Serba Guna Bojonegoro. Event tahunan ini memang selalu menarik untuk diikuti. Masing-masing Yune memiliki keunikan tersendiri. Salah satu Yune dengan nomer 14, Nadya Safira, perihal kehidupan dan spiritnya kepada BBC, sapaan akrab BeritaBojonegoro.com
Dengan event ini, Fefe, sapaan akrabnya, terus memperluas wawasan seputar kebudayaan Bojonegoro. Karena Fefe menyadari bahwa dari segi fisik dia kalah. Tetapi dalam kecerdasan dia tidak mau kalah. Dalam persaingan polling ini, dia menggunakan media sosial untuk mempromosikan dirinya.
Nadya Safira, putri sulung dari Sholikhin Jamik dan Endah Ratna Wijaya ini selain aktif di Organisasi Siswa Intra Sekolah (Osis) SMA Negeri 2 Bojonegoro, juga aktif di sebuah kelompok teater. Bahkan dia berhasil menjuarai Festival Lomba Seni Siswa Nasional atau sering disebut FLS2N Bojonegoro tahun 2014.
Dari teater, dia belajar hal-hal yang baik dari naskah yang dimainkan, kemudian mendapat keluarga baru, sekaligus ilmu-ilmu baru yang bermanfaat di kehidupannya. Bahkan, pada saat audisi Kange Yune kemarin, dia memilih teater untuk ajang unjuk bakat. Tidak tanggung-tanggung, cewek penyuka nasi goreng ini menulis naskahnya sendiri. Dia mengambil tokoh orang gila sebagai peran dirinya. Untuk menghayati peran orang gila, sebelumnya dia selalu mengamati orang gila yang berkeliaran di jalan.
Kendati demikian, terkadang dia sampai terbawa nada Cawik yang tinggi ke kehidupan nyatanya. Cawik adalah salah satu lakon dalam kesenian Sandur, salah satu kesenian yang ada di Bojonegoro. Cawik digambarkan sebagai tokoh yang lemah lembut dan muthmainnah. Tetapi, untungnya, dia tetap bisa mengontrol kepribadiannya.
Dengan kegiatannya yang bejibun, cewek kelahiran 26 Januari 1998 ini membocorkan rahasia cara membagi waktu. Fefe berpendapat, setelah pulang sekolah harus dijadwalkan dengan baik. Untuk belajar, untuk bermain, dan kegiatan lainnya. “Jangan suka menunda sesuatu, karena jika menunda berarti menunjukkan kita yang kalah,” pesannya.
Hal ini diungkapkan karena Fefe pernah mengalami kejadian yang tak mengenakkan soal menunda hal yang baik. Pernah dia hendak belajar Ekonomi, tapi dia menunda –nundanya. Ternyata, besoknya ulangan dadakan. Untungnya, Fefe tergolong siswa yang cerdas, sehingga tetap mampu mengerjakan soal. Dalam prestasi akademik, Fefe berhasil menduduki pararel sekolah nomer sepuluh.
Pengalaman menarik seputar persiapan audisi kemarin adalah dia pernah jatuh saat belajar mengenakan High Heels di sekolah. Walaupun begitu, kepribadiannya yang selalu positif selalu membuatnya pantang menyerah. Bahkan, dalam tes catwalk, dia menyemangati dirinya sendiri sehingga bisa berjalan dengan baik.
Selain itu, waktu luangnya digunakan untuk membaca. Sujiwo Tejo, sang Presiden Janjukers adalah salah satu penulis favoritnya. Lainnya adalah Luna Torashyngu, dengan karya faforitnya Golden Bird. Menurut Fefe, imajinasi Luna begitu tinggi sehingga bisa menghasilkan karya yang keren.
Moto hidup Fefe?
“Di balik hujan yang deras, selalu ada pelangi yang indah," tegasnya. (ver/moha)