Sulap Garasi dan Ruang Tamu Jadi Galeri Seni
Senin, 03 Agustus 2015 08:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh: Nasruli Chusna
Kasiman - Membuka usaha tidak harus di ruko mentereng atau gedung bertingkat. Dengan sedikit kreatifitas, garasi atau ruang tamu dapat disulap menjadi tempat bisnis yang menjanjikan. Seperti halnya di Dusun Bandar, Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, hampir di setiap rumah membuat kerajinan souvenir kayu jati.
Tampak di beberapa tempat, Ibu-ibu dan anak-anak terlihat menggosok atau memelitur produk souvenir di dalam rumah atau di samping rumah. Begitu pula bapak-bapak terlihat sibuk memotong atau menggergaji potongan kayu yang akan dibuat produk kerajinan. Di sepanjang jalan kampung Dusun Bandar juga tampak galeri-galeri memajang berbagai produk kerajinan. Galeri itu biasanya berdampingan atau berimpitan dengan rumah pemiliknya. Ada pula galeri yang memanfaatkan garasi dan ruang tamu.
Siti Mukminin, 52, tampak sibuk menghaluskan toples ukir-ukiran kayu jati di depan rumahnya. Beberapa toples dari kayu jati itu dihaluskan dengan ampelas lalu dipelitur agar lebih mengkilat. Sementara suaminya, As’ad Dahlan, juga sibuk menghaluskan toples kayu jati berbentuk buah stroberi tersebut. Maklum, memasuki bulan Ramadan pemesanan toples dan wadah air minum cukup banyak. Bahkan, mereka kini kewalahan melayani permintaan dari pelanggannya.
Siti Mukminin dan Sa’ad Dahlan mempunyai galeri yang diberi nama UD Tijaroh Jati yang digunakan memajang berbagai produk souvenir kerajinan kayu jati. Galeri itu berada di samping rumahnya. Ia juga mempunyai gudang berdinding kayu yang digunakan menyimpan bahan baku dan produk setengah jadi berbagai kerajinan kayu jati.
Bukan hanya Siti Mukminin dan Sa’ad Dahlan saja yang menjadi perajin di Dusun Bandar, Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro itu. Di perkampungan dekat Sungai Bengawan Solo itu ada ratusan perajin souvenir kayu jati. Mereka turun temurun menggeluti usaha kerajinan souvenir dari bahan baku bonggol jati atau limbah kayu jati yang berada di kawasan hutan Kasiman dan Kedewan.
Galeri UD Tijaroh Jati milik Siti Mukminin memajang berbagai produk kerajinan kayu jati mulai vas bunga, jam dinding, tempat lampu, wadah air minum, guci, tempat tisu, wadah memajang buah, tempat menaruh pulpen, asbak, dan pernak-pernik souvenir lainnya. Harganya pun beragam mulai dari yang termurah seperti asbak Rp20.000 sampai yang mahal seperti jam dinding yang mencapai Rp300.000. Namun, selama puasa hingga Lebaran ini produk yang paling banyak diminati pelanggannya yaitu toples ukir-ukiran itu.
Siti Mukminin mulai menggeluti usaha kerajinan ini sejak tahun 2000. Ia sebenarnya bukan menjadi perajin murni melainkan sebagai pengepul. Ia menerima berbagai produk setengah jadi dari para perajin lalu ia haluskan dan pelitur. Kemudian, ia menjualnya di galeri dan juga mengirimnya kepada pelanggan yang memesannya.
Perajin lainnya di Dusun Bandar yang cukup terkenal yaitu Maskun Adi Winarno, 42. Ia mempunyai galeri yang diberi nama UD Kondang Jati. Galerinya itu persis berada di pinggir jalan kampung Dusun Bandar. Beberapa perajin terlihat menyelesaikan pembuatan kerajinan di gudang yang berada di samping galeri tersebut. Sementara, beberapa ibu terlihat membungkus produk kerajinan itu dengan koran bekas.
“Produk souvenir yang dibungkus koran itu siap dikirim ke Palembang dan Jakarta,” ujar Maskun.
Ia menuturkan, banyak pengunjung dari luar daerah yang datang ke Dusun Bandar ingin melihat berbagai produk kerajinan kayu jati ini. Menurut Maskun, produk souvenir kayu jati ini terkenal karena kualitas kayu jatinya yang cukup bagus. “Dari dulu kualitas kayu jati dari Bojonegoro memang cukup terkenal bagus. Seratnya halus dan kayunya kuat,” ujar Maskun.
Dulu, kata dia, sekitar tahun 1990-an perajin souvenir kayu jati di Dusun Bandar dan sekitarnya cukup banyak sampai sekitar 300 orang. Namun karena berkurangnya bahan baku berupa limbah kayu jati akhirnya jumlah perajin berkurang. Saat ini perajin souvenir kayu jati itu tinggal 200 orang. Selain di Dusun Bandar, Desa Batokan, perajin souvenir kayu jati ini juga menyebar di Dusun Betet, Sambeng, dan Tembeling, Kecamatan Kasiman.
“Sekarang ini bahan bakunya yakni limbah kayu jati yang sulit didapat,” ujarnya.
Di sisi lain banyak hal yang dikeluhkan oleh para perajin kayu jati di Dusun Bandar. Menurutnya sejak dulu kondisi jalan di Dusun Bandar sudah rusak parah. Padahal, kata dia, setiap hari ada puluhan orang dari luar daerah yang berkunjung ke perkampungan sentra kerajinan souvenir kayu jati ini. “Semestinya memang kondisi jalan diperbaiki dan sarana-prasarananya disediakan. Dengan begitu, akan ada lebih banyak pengunjung yang datang ke sini,” ungkapnya.
Ia menuturkan, pengunjung yang datang ke perkampungan perajin souvenir ini kebanyakan dari para pekerja migas yang sedang belajar di Akamigas Cepu. Selain itu, juga pengunjung dari pekerja yang bekerja di lokasi pengeboran sumur minyak tua Kedewan dan pekerja di lokasi pengeboran minyak lapangan Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro.
“Saya yakin kalau dikelola dengan baik maka sentra kerajinan souvenir kayu jati di Dusun Bandar ini akan menjadi salah satu ikon objek wisata industri kreatif di Bojonegoro,” tandas Maskun yang mengaku sudah beberapa kali mengikuti pameran produk kerajinan di Jakarta. [rul]