BSB Perkenalkan Mliwis Putih di Malang
Senin, 07 November 2016 08:00 WIBOleh Ahmad Nashirudin
Pengirim Ahmad Nashirudin
Bojonegoro - Mahasiswa Bojonegoro yang tergabung dalam Brawijaya Students from Bojonegoro (BSB) tak hentinya memperkenalkan budaya serta potensi daerah asalnya agar dikenal oleh masyarakat luas, salah satunya turut serta dalam acara Kampung Budaya yang diselenggarakan oleh Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang. Kampung Budaya diselenggarakan sejak empat tahun terakhir dan kali ini merupakan partisipasi kedua BSB dalam even pengenalan budaya daerah se Indonesia tersebut.
Dalam parade budaya yang diselenggarakan pada Jumat (04/11/2016), BSB memperkenalkan salah satu ikon yang sudah melegenda melalui cerita rakyat di Bojonegoro bahkan sudah banyak diabadikan menjadi nama jalan dan taman yaitu Mliwis Putih. Dalam cerita legenda Mliwis Putih merupakan wujud jelmaan dari Prabu Angling Dharma yang dikutuk karena melanggar janji sendiri untuk tidak menikah lagi.
“Kita menggunakan maskot Mliwis Putih karena mengambil dari cerita rakyat Bojonegoro, meskipun hanya sebuah cerita rakyat kita juga turut memperkenalkannya kepada mahasiswa se Indonesia. Selain itu tahun lalu kita juga sudah mengangkat Kahyangan Api sebagai maskot” ujar Nisa ketua pelaksana.
Even Kampung Budaya ini memiliki dua kegiatan besar yaitu parade budaya, perlombaan penampilan budaya serta penilaian stan setiap daerah yang ikut serta dalam kegiatan ini yang dilaksanakan minggu depan.”Diharapkan dengan keikutsertaan kita (BSB) sebagai wakil dari Bojonegoro ini mampu memberikan pengetahuan bahwa Bojonegoro juga memiliki identitas serta potensi yang besar kepada masyarakat khususnya seluruh mahasiswa UB yang notabene dari sabang sampai merauke” jelas Zeta salah satu Pengurus BSB.
BSB sendiri sering melaksanakan kagiatan positif untuk pembangunan Bojonegoro di bidang pendidikan, sosial, dan budaya, serta menanamkan kearifan lokal kepada para anggotanya agar mereka tidak lupa dengan tanah di mana mereka dibesarkan karena seringkali para mahasiswa Bojonegoro merasa malu dengan dialek bahasa khas Jonegoroan.
Agus Ketua Umum BSB mengatakan bahwa kegiatan semacam ini juga sebagai salah satu bukti kecintaan terhadap Bojonegoro khususnya dan Indonesia pada umumnya. Ia berharap mahasiswa Bojonegoro berperan aktif terhadap pembangunan Bojonegoro meski tinggal di kota orang. (*/kik)