Promosikan Bojonegoro Melalui Festival
Selasa, 21 Februari 2017 20:00 WIBOleh Asep Fahza *)
*Oleh Asep Fahza
BANYAK cara dalam mempromosikan suatu daerah agar para wisatawan terpancing untuk berkunjung ke daerah tersebut. Seperti dengan mempromosikan wisata alamnya, wisata lautnya, bagi daerah yang mempunyai laut, atau juga membuat taman hiburan. Dan itu semua bersifat permanen.
Lalu bagaimana jika suatu daerah tidak mempunyai tempat wisata yang diandalkan atau sudah mempunyai tempat wisata namun tidak seramai yang diharapkan. Apa langkah yang tempat untuk memasarkan obyek wisata tersebut agar para wisatawan tertarik untuk berkunjung ke tempat tersebut.
Festival
Festival marketing atau pemasaran wisata melalui festival, bisa menjadi pemacu pariwisata jika dikelola dengan baik. Banyak contoh dikancah Internasional, bahwa untuk medatangkan para turis agar mengunjungi suatu negara, dilakukan melalui festival, seperti Darjeeling Tea Festival, di Pegunungan Himalaya, Kala Ghoda Arts Festival , di Mumbai India, Onam Festival, di Kerala India, Pushkar Mela, di Rajasthan India, Octoberfest, di Muenchen Jerman, Rio Carnival, di Rio de Janeiro Brasil, Melbourne Comedy di Australia, New York Fashion Week di USA, Glastonbury di Inggris, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Di Indonesia juga ada festival yang cukup besar yang berkelas Internasional. Sebut saja Jember Fashion Carnival atau biasa disebut JFC adalah event karnaval busana yang setiap tahun digelar di Kabupaten Jember Jawa Timur. Selain Jember, ada juga daerah tetangganya yakni Kabupaten Banyuwangi, yang dulunya dikenal dengan santetnya, namun sekarang dibawah kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas, Banyuwangi dikenal oleh banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Dan Banyuwangi disebut juga “Sunrise Of Java”. Dalam satu tahun Banyuwangi menciptakan 53 festival. Festival yang cukup terkenal ialah Festival Gandrung Sewu. Itulah strategi sang bupati untuk menarik wisatawan ke Banyuwangi.
Bojonegoro Juga Punya
Tak mau kalah dengan Banyuwangi, Jember dan kota lainnya. Bojonegoro nampaknya juga mulai memasarkan wisatanya melalui berbagai macam festival.
Bojonegoro yang dikenal sebagai kota minyak nampaknya tak banyak orang tahu, wisata apa yang diandalkan oleh Kabupaten Bojonegoro ini, maka dari itu dibawah kepemimpinan Bupati Suyoto atau yang akrab disapa Kang Yoto akhir-akhir ini juga mengencarkan berbagai festival di Bojonegoro. Seperti Festival Salak Wedi yang diselenggarakan di Desa Wedi Kecamatan Kapas, karena Bojonegoro dilewati Sungai Bengawan Solo, maka tercipta Festival Bengawan Bojonegoro, yang memamerkan perahu hias di aliran Sungai Bengawan Solo, Festival Banyuurip yang berada di Kecamatan Gayam dan festival lainnya.
Ini merupakan strategi jitu untuk mempromosikan Bojonegoro dikancah Nasional maupun Internasional, karena Bojonegoro yang dikenal dengan banjir dan tanah geraknya, rasanya kurang jika tidak ada sesuatu yang baru dikota ini. Kini dengan diadakanya berbagai macam festival, harapannya bisa dikenal oleh masyarakat di luar Bojonegoro.
Tidak semua festival diselenggarakan oleh pemerintah. Dengan munculnya berbagai festival di, pemerintah juga harus berinovasi untuk mengembangkan festival serta mendukung sepenuhnya festival-festival yang diselenggarakan oleh berbagai elemen diberbagai kecamatan atau desa, agar menarik bagi wisatawan.
Di tahun-tahun mendatang, bukan sesuatu yang mustahil untuk mewujudkan “One Kecamatan One Festival”, artinya setiap kecamatan harus mempunyai satu festival yang digelar setahun sekali. Karena Bojonegoro mempunyai 28 kecamatan, setidaknya ada 28 festival setiap tahunnya. Atau bahkan diselenggarakan festival tingkat desa, karena saya yakin baik kecamatan atau desa di Bojonegoro, memiliki potensi untuk dijadikan sebuah festival dan dengan adanya festival, bisa mendongkrak wisatawan untuk berkunjungi di Bojonegoro tercinta ini.
*) Penulis sedang menempuh kuliah di Jurusan Teknik Sipil ITS