Pengorbanan Terbaik Apa yang Sudah Kita Lakukan?
Selasa, 29 September 2015 07:00 WIBOleh Liya Yuliana *)
*Oleh Liya Yuliana
Mencintai, dicintai adalah fitrah manusia. Mencintai sesama Muslim sebuah keharusan, mencintai Allah dan rasul-Nya adalah kewajiban. Tak ada cinta tanpa pengorbanan. Tak ada iman tanpa ujian. Begitulah kiranya yang ada di semesta alam. Cinta para nabi dan rasul kepada Rabbnya adalah cinta tertinggi di antara makhluk-Nya. Ujian yang hadir adalah yang terhebat di antara manusia lainnya. Keluarga Ibrahim as, sebuah keluarga yang telah teruji keimanannya. Perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya tak mampu melemahkan imannya. Begitu pula sang buah hati, tak surut sedikit pun memenuhi seruan Ilahi. Ibu Hajar yang mengandung sang buah hati ikhlas sepenuh hati. Baginya perintah Allah adalah perintah suci yang wajib ditaati. Disembelihlah Ismail itu oleh tangan ayahnya sendiri (Ibrahim as). Dengan izin Allah, Allah mengganti Ismail dengan binatang kurban. Subhanalah sebuah keluarga yang menginspirasi sepanjang sejarah.
Allah berfirman dalam Surat At Taubah 24 “Katakanlah jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”. Rasul juga berpesan kepada kita yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ''Tidak beriman kamu sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih kamu cintai dari siapa pun selain mereka.”
Tak ada keimanan tanpa ujian. Makin besar keimanan, makin deras ujian yang menghadang. Allah berfirman dalam Surat Al Ankabut ayat 2-3 yang artinya “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
Keluarga Yasir telah menjadi kisah yang menginspirasi sepanjang sejarah hingga akhir masa. Sebuah keluarga orang beriman yang mendapat ujian luar biasa dikala Islam masih belum memiliki kekuatan. Allah janjikan surga untuk mereka. Ibu Sumayyah menjadi wanita pertama yang memperoleh kesyahidan. Masuk surga tanpa hisab menjadi sebaik-baik balasan. Keluarga Yasir telah mengingatkan kita akan pentingnya sebuah pengorbananan di saat cinta kepada Allah dan Rasul itu terpatri dalam diri. Satu-satunya (nyawa) yang dititipkan itu rela diambil demi karena iman dan cinta kepada Allah. Allahu Akbar.
Abu Bakar ash Shiddiq, sahabat nabi yang utama itu begitu besarnya cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Beliau yang selalu membenarkan apa yang dibawa oleh Rasulullah. Umar Bin Khattab dibuat terpesona olehnya. Pada musim paceklik Rasulullah memerintahkan kaum muslimin agar menyedekahkan hartanya. Umar berkata, "Hari ini aku akan mengalahkan Abu Bakar yang tak pernah bisa aku kalahkan sebelumnya." Ia menyerahkan separuh hartanya kepada Rasulullah saw. Lalu duduk di dekat Rasulullah seraya menanti kedatangan Abu Bakar. Tak lama kemudian Abu Bakar pun datang membawa harta dan menyerahkannya kepada Rasulullah saw. Rasul bertanya, “Wahai Abu Bakar, apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?" Abu Bakar menjawab, "Ya Rasulullah aku menyisakan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka. Adapun harta yang aku sumbangkan adalah semua harta yang ada padaku." Umar bergumam "Sungguh, aku tidak akan pernah mengalahkan Abu Bakar." Begitu juga Musab bin Umair rela meninggalkan kemewahan dunia demi kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Sungguh para sahabat begitu luar biasa pengorbanannya untuk Islam. Tak peduli seberapa besar harta yang dikeluarkan, bahkan nyawa pun rela diberikan demi sebuah keridaan Allah SWT.
Beberapa waktu lalu, saudara muslim menjalankan ibadah haji. Sebuah pengorbanan yang begitu luar biasa. Mulai dari pengorbanan harta, fisik, hati, dan lainnya. Selain itu jatuhnya crane dan tragedi Mina menyisakan duka yang mendalam. Semoga mereka yang wafat dalam pelaksanaan ibadah haji tercatat sebagai syuhada di sisi Allah. Amiin.
Dengan pengorbanan para sahabat, saudara yang menjalankan ibadah haji. Lalu bagaimana dengan kita? Pengorbanan terbaik apa yang sudah kita lakukan untuk agama ini? Sementara nikmat Allah sangat luar biasa dan kita tak akan pernah sanggup menghitungnya. Bahkan terkadang kita masih memilah dan memilih syariat Allah. Yang sekiranya menguntungkan bagi kita maka kita memilihnya. Namun yang sekiranya tidak menguntungkan bagi kita, kita memilahnya. Allahu Alam
*Penulis adalah guru SD Muhammadiyah 2 Bojonegoro dan alumni Pendidikan Kimia Unesa
Foto ilustrasi www. dakwatuna.com