Festival Obor pada Malam Colok Songo di Mojodeso
Sabtu, 24 Juni 2017 10:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kapas - Baik di sisi kiri maupun kanan jalan sudah berderet ratusan nyala obor. Lampu listrik di sepanjang jalan sengaja dimatikan agar terang pijar obor terjaga. Mengikuti arah obor ini, kita akan sampai pada sebuah lapangan yang sudah ramai dengan para pengunjung dan sebuah panggung berdiri menghadap selatan. Festival Obor tengah berlangsung.
Festival ini diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Mojodeso Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro pada Jumat (23/06/2017) di lapangan desa setempat. Festival ini sekaligus untuk merayakan malem colok songo di bulan Ramadan. Di mana malam songo (sembilan) merupakan malam pengujung bulan yang penuh berkah ini.
Di desa ini, pada malam songo alias malam ke 29 di bulan ramadan memiliki tradisi yang khas, yakni berupa menyalakan obor di depan rumah. Kepala Desa Mojodeso, Warsiman menyebutkan festival obor ini digelar untuk memperingati colok-colok malam songo. Di mana menurutnya, sebagai pengingat apakah ibadah selama ramadan ini sudah baik atau belum.
"Sebab malam songo adalah tanda bulan Ramadan segera berakhir," ujarnya saat memberikan sambutan acara.
Warsiman juga mengingatkan agar masyarakat yang beragama muslim untuk mencuci kekurangan dengan menuaikan zakat fitrahnya. Sehingga ibadah selama bulan Ramadan ini serasa lengkap. Sekaligus bisa membaikkan ibadah-ibadah setelah bulan Ramadan ini.
"Dalam festival ini, juga digelar lomba oklik, permainan api, dan juga warga bisa mencoba makanan khas desa Mojodeso," imbuhnya.
Lomba oklik ini diikuti 15 grup dari berbagai desa. Bukan hanya desa dari Kecamatan Kapas saja, dari Kecamatan Balen juga turut serta Bahkan kelompok oklik dari desa Prambon Kecamatan Soko Kabupaten Tuban juga ikut.
Ribuan penonton memadati seluruh area di depan panggung. Anak-anak bahkan duduk lesehan di depan panggung menikmati penampilan masing-masing grup oklik. Di sisi timur panggung disediakan wahana selfi untuk para pengunjung yang berniat mengabadikan momen.
Yang tak kalah seru ada atraksi api, di mana warga ditantang untuk menggenggam garam dan memasukkan tangannya ke dalam api. Garam yang termasuk materi mudah terbakar otomatis akan tersulut. Namun menariknya, tangan si penggenggam garam tidak terbakar. Api hanya menyulut garam saja seakan-akan dari situlah api berasal. (ver/moha)