Kano, Pedagang Mainan Bambu
Datang dari Jogja, ke Bojonegoro Demi Rupiah
Sabtu, 03 Oktober 2015 13:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota - Selain diserbu penonton, acara pawai budaya dalam perayaan Hari Jadi Bojonegoro pada Sabtu (03/10) pagi ini, rupanya juga menjadi incaran para pedagang. Sejumlah pedagang luar kota pun tidak ketinggalan. Mereka mondar-mandir menjajakan berbagai produk, mulai makanan, pakaian dan mainan.
Salah satunya adalah Kano (70), pedagang mainan tradisional berbahan bambu wuluh asal Jogjakarta. Dia ikut mengadu peruntungan di acara pawai budaya Sabtu pagi itu.
Jauh-jauh datang dari Jogjakarta, Kano membawa dagangan aneka mainan dari bambu. Terlihat di pikulannya tergantung puluhan batang seruling, peluit, gangsing serta kletekan. Mainan itu dulu sangat populer di kalangan anak-anak.
Sambil jalan dan memutar mainan kletekan, Dia menawarkan dagangannya di sisi barat Alun-Alun Bojonegoro. Sesekali dia teriak, "Dolanan apik...Dolanan apik...Nek ceblok ora rusak tur regane murah".
Tertarik dengan aksi Kano, wartawan BBC sebutan beritabojonegoro.com pun segera mendekat dan mengajaknya berbincang sejenak.
"Harga mainan ini hanya Rp 5.000 sampai Rp 10.000, tergantung ukuran dan jenisnya. Ini antik lho, Mbak. Mainan tidak gampang rusak, tapi harganya juga murah," ujarnya dengan nada promosi saat ditemui beritabojonegoro.com.
Kano mengaku, dirinya sudah berjualan mainan tradisional berbahan bambu itu sejak 1960. Dia memproduksi mainan di rumahnya dengan dibantu anak-anaknya. Bahan baku bambu wuluh diambil dari Wonogiri. Mainan tradisional itu ternyata sudah pernah diekspor ke Australia dan Amerika Serikat.
"Dalam sehari, kalau mainan suling, bisa diselesaikan sebanyak 600 biji. Sedangkan mainan lainnya ya di bawah itu," terangnya.
Sudah 20 tahun, Kano berkeliling menjajakan mainan dari bambu dari satu kota ke kota yang lain. Di manapun ada keramaian di satu kota, dia pasti berangkat.
"Hari Sabtu ini saya khusus datang ke Bojonegoro, karena saya dengar ada acara pawai di sini. Besok baru kembali ke Jogjakarta," katanya.
Menurutnya, orang berdagang itu tidak selalu untung. Laba sedikitpun tetap diterima. Kadang baru sejam menjajakan mainan, sudah mendapat uang Rp 500 ribu. Pernah juga dalam sehari tidak laku satupun.
"Yang penting saya sudah berusaha. Lagi pula kalau sudah tua begini, kalau tidak bergerak badan malah sakit semua," tuturnya sembari tertawa kecil. (ver/tap)
*) Foto kano si pedagang mainan bambu