Belanja Buku Bekas di Pojok Pasar Kota Bojonegoro
Minggu, 30 Juli 2017 10:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Bojonegoro Kota – Buku tak harus baru. Asalkan masih bisa terbaca tulisannya dan diambil manfaatnya, bekas tidak masalah. Mencari buku bekas di Bojonegoro juga tidak perlu jauh-jauh. Di sudut lorong pintu masuk sebelah selatan Pasar Kota Bojonegoro, di dekat parkiran bagian dalam, ada seorang lelaki yang sudah puluhan tahun berdagang buku bekas di situ.
Kios Barokah milik Ahmad (64) hanya seukuran 3 x 6 meter. Namun ribuan buku tertata di dalamnya. Ada buku-buku agama, motivasi, kamus, bimbingan sukses ujian, biografi, majalah, novel dan lain sebagainya.
“Kebanyakan bekas. Ya ini menyediakan yang merasa kemahalan beli baru. Masih bagus-bagus kok barangnya, Cuma ya sudah terpakai,” kata Ahmad, Sabtu (29/07/2017).
Tidak semua buku-buku di kios milik Ahmad tergolong bekas. Sebab ada juga buku-buku yang dalam kondisi terlindung plastik pertanda itu baru. Namun jumlahnya tak seberapa.
Seorang pembeli, Winarto (37) warga Kelurahan Sumbang yang baru selesai belanja pakaian menyempatkan mampir di kios Barokah milik Ahmad. Dia memegang buku biografi presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid bersampul hijau. Dia menanyakan harga buku tersebut lalu dijawab oleh Ahmad seharga Rp15 ribu. Winarto merasa kemahalan dan menawar Rp10 ribu. Namun Ahmad bersikukuh bahwa harga Rp15 ribu sudah sangat murah. Winarto akhirnya tidak jadi beli.
“Ya biasa sering terjadi seperti ini. Tetap disyukuri,” kata Ahmad.
Pembelinya yang paling banyak adalah orang tua yang membelikan anak-anaknya buku pelajaran bekas. Meski bekas, Ahmad mengatakan belum tentu tidak bisa dipakai. Buktinya banyak anak-anak yang memanfaatkan bukunya semua lulus dan bahkan banyak yang berprestasi di sekolah.
“Saya tahu karena orang tuanya yang cerita,” katanya.
Kios buku Barokah milik Ahmad buka setiap hari mulai pukul 9 pagi hingga 3 sore. Kadang-kadang dia tidak buka juga saat merasa letih karena harus perjalanan dari Kecamatan Babat –Lamongan. Ahmad memang asli Babat dan tinggal di sana. Dia harus pulang-pergi setiap hari untuk membuka kiosnya.
Buku-buku di kiosnya macam-macam harganya, mu8lai dari Rp3 ribu hingga yang paling mahal kisaran Rp50 ribu. Tidak setiap hari kiosnya ramai. Bahkan bisa dibilang lebih sering sepi. (ver/moha)