Mas Jenggot Sulap Limbah Kayu Menjadi Miniatur Keren
Senin, 20 November 2017 13:00 WIBOleh Angga Reza
Oleh Angga Reza
Bojonegoro (Kota) – Meracik limbah menjadi sesuatu produk yang bernilai tinggi tentu saja tidak mudah. Tapi bagi M Didik Rosyidi atau nama terkenalnya Mas Jenggot sudah menjadi kebiasaan. Mas Jenggot sendiri tinggal di kawasan sentra industri meubel Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro Kota sehingga limbah industri banyak ditemui. Di lingkungan itulah ide memanfaatkan limbah kayu muncul.
“Di sini banyak limbah kayu bekas pengrajin meubel yang terbuang dan hanya digunakan kayu bakar,” katanya saat ditemui beritabojonegoro.com (BBC) di kediaman sekaligus tempat produksinya di Jl Brigjen Sutoyo Kota Bojonegoro.
Mas Jenggot bercerita, dia menekuni usaha ini sudah 3 tahun. Dalam usahanya ini dia dibantu dengan dua karyawan.
“Memilih karyawanpun tidak sembarangan, harus orang orang yang sudah memiliki dasar di bidang seni ukir, karena produksi ini butuh ketelitian dan juga fokus yang tinggi,” katanya.
Karya miniatur dari kayu bekas yang di buat Mas Jenggot ini sudah mendapat pasar, salah satunya dari perusahaan penerbangan di Indonesia. “Saya pernah mendapat pesanan miniatur pesawat, yang dipesan sama salah satu perusahaan penerbangan yaitu Lion Air sejumlah 3000 buah, dan itu harus saya kerjakan dalam waktu 1 bulan,” ujar Mas Jenggot.
Untuk masalah bentuk, tak usah diragukan lagi, banyak model mniatur yang sudah dibuat oleh Mas Jenggot, seperti motor gede, vespa, pesawat, kapal laut dan masih banyak lagi.
Harga yang ditawarkan Mas Jenggot pun beragam, tergantung kerumitan dan juga ukuran miniatur. Mulai dari Rp15 ribu hingga ratusan ribu.
Tak hanya miniatur, Mas Jenggot ada juga membuat gantungan kunci dengan model sesuai selera pemesan.
Mas Jenggot mengaku dalam sebulan dia mendapat pemasukan sebesar minimal Rp5 juta. Dengan modal yang tak banyak (hanya dengan bermodal lem kayu, kayu bekasnya pun tidak membeli), jumlah itu cukup tinggi.
“Untuk pemasaran biasanya saya ikut pameran pameran, seperti kemaren di Serba Guna (Bojonegoro Art and Culture),” katanya. (ang/moha)