Komunitas Lesung Memaknai Panca Warna
Minggu, 09 Agustus 2015 22:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh: Vera Astanti
Panca Warna salah satu nama jenis akik yang menjadi cover sebuah
kumpulan puisi para pegiat Samin. Samin singkatan dari Sanggar Membaca
Menulis Indonesia yang berlokasi di ujung timur Bojonegoro. Penulisnya
terdiri dari Susanto Santo's Pa'e Zerli, Tofiq Widodo Aprianto,
Gampang Prawoto, Herry Abdi Gusti, Yonathan Rahardjo.
Bedah buku Panca Warna dilaksanakan oleh Komunitas Lesung di Jln.
Kolonel Sugiono Gang Cendrawasih No.57 Bojonegoro, Sabtu (08/08) pukul
16.00. Acara ini dihadiri oleh kelima penulis puisi dan beberapa
anggota Komunitas Lesung. Panca Warna berisikan puisi-puisi yang
menggunakan Bahasa Indonesia sekaligus ada yang Bahasa Jawa.
Zainul Muttakin sebagai penyaji mengungkapkan bahwa ada beberapa puisi
yang mengena di hatinya. Salah satunya adalah Hujan. Menurutnya,
sesuatu yang istimewa hanya datang sekali seumur hidup seperti hujan
dalam puisi ini.
Sedangkan Herry Abdi Gusti menjelaskan bahwa dalam berkarya, penulis
diharuskan untuk membaca karya orang lain. Hal ini bertujuan agar
penulis mendapatkan suntikan semangat dari penulis lain. Pada
puisi-puisi Herry, berkutat dengan sisi kemanusiaan daripada rayuan
romantis.
Ada yang menarik seputar judul buku puisi Panca Warna ini; “
Ketika launching pertama kali di facebook. Banyak orang mengira buku
ini adalah buku seputar akik. Padahal isinya tentang puisi,” ucapnya
dengan tertawa.
Namun dari semua puisi yang ada, bagi Danial Arifudin, puisi yang
paling dicerna adalah milik Gampang Prawoto karena puisinya yang
pendek-pendek. Polanya seperti pada puisi Jepang, Haiku. Puisi pendek
yang terdiri dari tiga bait. Bait pertama lima suku kata, bait kedua
tujuh suku kata, bait ketiga lima suku kata.