Melihat Kota Tua Padangan
Bangunan Rumah dan Perkantoran Khas Eropa Masih Berdiri Kokoh
Senin, 30 November 2015 10:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Padangan – Masuk Kota Padangan, terletak di dekat perbatasan Bojonegoro-Cepu, seperti memasuki era tahun 1920-1930-an. Banyak bangunan berupa rumah, tempat ibadah, dan perkantoran peninggalan masa Belanda yang masih berdiri kokoh di kawasan ini. Tidak heran, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro berencana menjadikan Kota Tua Padangan ini sebagai salah satu cagar budaya nasional.
Bangunan kuno yang masih berdiri kokoh di antaranya kantor Pegadaian Cabang Padangan. Bangunan kantor yang terletak di tepi jalan raya Bojonegoro-Cepu itu mirip bangunan khas Eropa. Dindingnya tebal dan kokoh. Pintu dan jendelanya juga lebar. Kayu-kayu penyangga bangunannya besar dan tampak masih kuat. Bangunan kantor Pegadaian ini masih difungsikan hingga sekarang.
Rumah-rumah di kawasan Kota Tua Padangan ini juga bergaya arsitektur khas Eropa. Rumah yang kini ditinggali Hariyanto, 60, misalnya. Rumah berukuran besar, berdinding tebal dengan teras agak luas itu dibangun sekitar tahun 1920-an.
“Dulu bapak saya yang membeli rumah besar ini lalu diwariskan kepada saya,” ucap Hariyanto.
Hariyanto menuturkan, sejak dulu hingga sekarang rumah bergaya Eropa itu belum pernah dipugar. Hanya pintu dan jendela yang kondisinya rusak saja diganti. Dinding rumah meskipun tampak kusam masih kokoh. Begitu pula lantainya belum pernah diganti.
Menurut Hariyanto, rumah-rumah kuno di kawasan kota tua Padangan ada sekitar puluhan. Tetapi, kata dia, kondisinya ada yang masih terawat dan ada pula yang kondisinya sudah rusak. “Rumah-rumah kuno ini berdampingan dengan bangunan-bangunan baru di sekelilingnya,” ungkapnya.
Selain rumah, bangunan kuno yang masih berdiri sampai sekarang yakni gapura masjid Darul Muttaqin di tepi jalan raya. Gapura ini dibangun pada tahun 1931. Gapura ini belum pernah diubah bentuknya meskipun bangunan masjidnya sudah beberapa kali direnovasi.
Bangunan kuno lainnya yakni kantor Polsek Padangan. Bangunan khas Eropa ini masih terawat dengan baik dan masih difungsikan hingga sekarang. Di sisi kiri dan kanan kantor Polsek Padangan itu berjejer rumah-rumah kuno yang sebagian dihuni dan sebagian kosong.
Selain itu, di tengah kota tua Padangan itu ada bangunan pertokoan. Bangunannya berupa dinding dan kayu yang kini kondisinya sudah kusam dan sebagian lapuk. Beberapa toko masih dipakai berdagang oleh pemiliknya. Namun, sebagian besar kosong. Pertokoan itu mirip ruko zaman sekarang. Di bawahnya dipakai toko dan atasnya dipakai rumah.
Dulu kota tua Padangan cukup ramai dan menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan. Letaknya yang berada persis di tepi Bengawan Solo menjadikan kawasan ini tempat bersinggah dan berdagang. Transportasi pada masa itu memakai perahu melewati Sungai Bengawan Solo.
Kota Tua Padangan dulu juga menjadi kota Kabupaten Bojonegoro. Pada masa kekuasaan Mataram, wilayah ini disebut Kabupaten Jipang. Kemudian, pada tahun 1725, pusat pemerintahan Kabupaten Jipang pindah dari Padangan ke Desa Rajekwesi, Kota Bojonegoro sekarang. (rul/kik)