Burhanudin alias Mas Joe, Sutradara Terbaik Teater Tradisi di TMII 2015
Tetap Teguh, Mengubah Pasir Jadi Mutiara
Sabtu, 05 Desember 2015 17:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
BAGI mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan dan seni, tidak asing lagi dengan sosok lelaki ini. Sosoknya sering tampil di pelbagai kegiatan terutama seni. Seolah-olah seni sudah menyatu dalam jiwanya. Dialah Burhanudin yang akrab dipanggil Mas Joe alias Abi.
Mas Joe, menempuh pendidikan Bahasa Inggris di IKIP PGRI Bojonegoro. Lelaki asli Kecamatan Kalitidu ini juga tercatat sebagai aktivis HMI Bojonegoro. Kecintaan terhadap seni dimulai sejak sekolah dasar bidang seni rupa.
Namun, karena seni rupa butuh alat-alat yang mahal, Mas Joe melabuhkan hobinya di bidang seni sastra. Dia mengaku, saat duduk di kelas VI SD sudah pernah membawakan puisi karya "Si Burung Merak" WS Rendra.
Pencarian jalur bakat seninya terus bergulir. Terbukti, ketika duduk di bangku SMP, Mas Joe malah fokus diteater. Dia mengaku mulai menemukan secercah cahaya di bidang seni peran setelah bertemu orang-orang hebat di bidang seni di Bojonegoro, sekelas Harry Guru, pendiri Museum 13 Kalitidu, juga seniman lainnya. Seni teater ini dia geluti hingga menapaki bangku SMA dan mahasiswa.
Kecintaan Mas Joe terhadap seni teater rupanya tak dapat lagi dipisahkan. Bakat teater itu diboyongnya meski sudah menjadi guru Bahasa Inggris di SMK Negeri 2 Bojonegoro. Untuk menyalurkan bakat itu, Dia membentuk kelompok Teater Awu. Kelompok teater ini untuk mewadahi bakat seni siswa-siswi di sekolah tempatnya mengajar.
Bahkan, Mas Joe pernah meminta kepada Kepala SMKN 2 Bojonegoro agar dirinya menjadi guru seni saja, ketimbang guru Bahasa Inggris. Sebab, dia merasakan menjadi guru seni lebih tepat dengan jiwanya.
Perjalanan kelompok Teater Awu yang dirintis Mas Joe sejak 2004, tidaklah mudah. Teater Awu sempat ditolak keberadaannya, dan kerap jadi kambing hitam setiap ada kejadian buruk. Namun, perlahan dan pasti Teater Awu akhirnya meraih prestasi di luar sekolah.
Baginya, Teater Awu dibangun sarat dengan ikatan batin. Bagaimana setiap anggota memiliki rasa memiliki, sehingga semua aktivitas dilakukan secara total. Walau belum memiliki alat-alat, studio dan lainnya, Awu harus all out.
Bagaimana mengubah pasir jadi mutiara, itu prinsip yang harus dipegang teguh oleh orang seni khususnya teater. Tidak ada alasan untuk menyerah terhadap keadaan yang ada. Justru dengan keterbatasan menguji nyali, sampai dimana jiwa teater yang dimiliki.
Sepak terjang Mas Joe diseni teater terus berlanjut. Dia berhasil mengantarkan Teater Awu hingga tingkat nasional. Bahkan, dirinya terpilih menjadi Sutradara Terbaik di acara Parade Teater Tradisi ke-IV di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta pada Juni 2015 lalu.
Kini, karena panggilan tugas, Mas Joe harus pindah mengajar di SMK Negeri 5 Bojonegoro. Namun dia tetap akan konsisten menapaki dunia seni teater, dimana pun berada. Hanya saja yang masih jadi ganjalan di benaknya adalah pemerintah daerah belum maksimal dalam menggarap kesenian yang ada di Bojonegoro. Terutama memikirkan kader penerus kesenian, khususnya Seni Teater.
Mas Joe pernah menawarkan anak didiknya menjadi kader dalang kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, namun belum ada respon positif. Kendati demikian, Mas Joe memanfaatkan jejaringnya semasa aktif berorganisasi dulu. Langkah itu semata untuk membesarkan harapan anak didiknya maju dalam segala keterbatasan.
Mas Joe menandaskan, satu daerah bisa dikatakan maju, dilihat dari bagaimana mereka memperlakukan seni, baik itu bidang seninya atau senimannya. Dia berharap, anak didiknya tetap mampu menghargai kesenian lokal atau tradisi yang ada di Bojonegoro. Jangan sampai tergeser dengan budaya asing. (ver/tap)