Ju-Jitsu, Dibawa oleh Tentara Jepang, Diwariskan ke Pribumi
Minggu, 06 Desember 2015 12:00 WIBOleh Linda Estiyanti
Oleh Linda Estiyanti
Kota-Lembab sisa hujan semalam perlahan menguar tergantikan hangat sinar matahari pagi. Semangat puluhan anak muda di depan Mako ( Markas Komando) Polres Bojonegoro menambah suasana hangat. Mereka, dengan kostum atas bawah warna putih, sedang mengikuti latihan bela diri Ju Jitsu yang digelar oleh Polres Bojonegoro.
Sebagaimana tadi diberitakan, bela diri asal Jepang tersebut adalah bela diri resmi Polri dan kesatuan militer lainnya. Polres Bojonegoro menggelar latihan yang terbuka untuk masyarakat umum. Siapapun boleh mengikutinya dengan bebas.
Pelatih Jujitsu, Ipda Joni S mengatakan bela diri tersebut memang berasal dari Jepang yang kepopulerannya sebenarnya tidak kalah dengan bela diri jenis lainnya.
Sejarahnya, Ju-Jitsu (bahasa Jepang) adalah suatu bela diri yang bersifat fleksibel dan luwes yang berasal dari Jepang. Konon, beladiri Ju-Jitsu masuk ke Indonesia saat masa pergolakan perang dunia II sekitar tahun 1942. Dibawa oleh seorang tentara Jepang yang bernama Ishikawa, kemudian diwariskan kepada pribumi (warga asli Indonesia) Ponorogo, Raden Sutopo.
Di Ponorogo bela diri ini cukup populer. Karena itulah Ipda Joni S mengenalnya dengan baik. Sebab, dia berasal dari Ponorogo.
“Ju-Jitsu ini baru dua tahun ini ada di Bojonegoro. Saya di bawah perlindungan Kapolres Bojonegoro, awalnya mengemban tanggung jawab untuk mengajarkan bela diri Ju-Jitsu hanya kepada anggota Polri. Namun kini bela diri tersebut sudah bisa dipelajari oleh umum,” terangnya.
Pelatihan bela diri Ju-Jitsu ini, kata Joni, sekarang sudah dibuka untuk umum dan gratis. Anak-anak mulai usia kelas lima SD, remaja hingga dewasa boleh mengikuti pelatihan bela diri yang lebih menekankan pada gerakan memukul, menendang, menangkis, membanting, mengunci, dan menggunakan tenaga dalam pernafasan tersebut. (lyn/moha)