Kisah Alvian Bagas Prakoso (1)
Sebelum Ditemukan Meninggal, Ibunya Sudah Punya Firasat Buruk
Jumat, 18 Desember 2015 15:00 WIBOleh Rizha Setyawan
Oleh Rizha Setyawan
Temayang - Meninggalnya Alvfian Bagas Prakoso (15), warga Desa Jono, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, menyisakan duka mendalam bagi pihak keluarga, terutama kedua orang tuanya. Ibu kandung Alvian, Biwi Lestari, masih tidak percaya kalau anak kesayangannya itu harus meninggal dunia dengan cara seperti itu.
Sebelumnya, mayat Alvian telah ditemukan tergeletak di dalam hutan petak 31 Rayon Pemangku Hutan (RPH) Dander BKPH Dander, Kamis (17/12) sekira pukul 14.10 WIB. Saat ditemukan, jasad Alfian dalam kondisi rusak, tinggal tulang dan tengkorak.
(baca juga: Sesosok Mayat Tak Dikenal Ditemukan di Hutan Dander)
Saat ditemui beritabojonegoro.com (BBC) di rumahnya Desa Jono, Kecamatan Temayang, Jumat (18/12) siang, raut muka Biwi Lestari masih tergurat kesedihan mendalam. Kedua matanya masih sembab, bekas tangis tadi malam. Seperti siang ini dia kembali menangis ketika disinggung tentang anaknya Alvian. Namun dia masih berusaha tegar ketika melayani pertanyaan BBC.
Kepada BBC, Biwi Lestari mengaku, sebelum anaknya, Alvian, ditemukan meninggal dunia dirinya sudah mempunyai firasat. Terutama dengan perubahan tingkah laku korban sebelum pamit pergi pada Rabu, 9 Desember 2015, hingga ditemukan sudah meninggal dunia, Kamis (17/12) siang.
Biwi menuturkan, anaknya Alvian biasanya selalu berpamitan dan mencium dirinya sebelum pergi keluar rumah. "Namun pada Sabtu (5/12), Alvian tidak melakukan hal itu. Saat saya tanya, kenapa tidak cium ibu, dia hanya jawab merasa malu karena sudah besar," tuturnya dengan terisak.
Tapi anehnya, sehari berikutnya, pada Minggu (6/12), saat Alvian mau pergi main, dia justru semangat mencium ibunya dengan sepenuh hati dan penuh haru. Seperti orang mau pergi jauh dan lama. Ibunya pun merasa ada hal yang janggal dari perilaku anaknya itu.
“Padahal saat Sabtu dia bilang, malu kalau cium ibu, justru Minggunya dia menciumi saya dengan penuh haru,” ungkapnya sambil meneteskan air mata.
Meski demikian, firasat hanya tinggal firasat. Adanya perubahan perilaku pada diri Alfian tidak terlalu dipikirkan Biwi Lestari. Hingga dia terkejut ketika diberitahu kalau Alfian sudah meninggal dunia. Rupanya ciuman penuh haru paga Minggu merupakan ciuman terakhir Alvian pada ibunya.
“Vian itu anaknya pendiam, tidak nakal. Dia sering membantu ayahnya membantik, karena dia pandai membatik, terutama batik tulis. Dia juga aktif menjadi pemain seni Jaranan di desa Mas,” tambahnya sambil menyeka air mata.
Memang ayah Alvian, Nyumariono adalah seorang pengusaha dan perajin batik di Desa Jono, kecamatan Temayang. Dan namanya sudah cukup dikenal.
Diceritakan pula, tadi malam usai dilakukan otopsi di RSUD Sosodoro Djatikusumo Bojonegoro, Kamis (17/12), jenazah Alvian langsung dibawa pulang dan dimakamkan di TPU Desa Jono. Proses pemakaman dilangsungkan malam itu juga dan selesai sekitar pukul 20.00 WIB. Disusul kemudian acara ngaji oleh para tetangga dan kerabat di rumah duka untuk mendoakan korban. (zha/tap)
*) Foto rumah orang tua Alvian di Desa Jono Kecamatan Temayang