Labuhan Mangrove Education Park
Mangrove Lestari, Ekonomi Berseri
Senin, 25 September 2023 10:00 WIBOleh Priyo, S. Pd
Yogyakarta - Rehabilitasi mangrove dan terumbu karang tak hanya membuat lingkungan lestari, tapi juga mendatangkan manfaat ekonomi. Kelompok Tani Cemara Sejahtera Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, membuktikannya melalui kesuksesan Labuhan Mangrove Education Park.
Berkat merehabilitasi mangrove dan terumbu karang, perekonomian di desa pesisir itu kini menggeliat. Hutan mangrove yang pada 2013 hanya tersisa sekitar 5 desa dan tingkat kerusakan mencapai 17,5 hektar kini menjadi salah satu destinasi wisata andalan di Bangkalan, Jawa Timur, maupun di Indonesia.
Hal ini tak lain berawal pada tahun 2014, PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) mengajak masyarakat sekitar untuk melakukan konservasi mangrove dengan menanam 17.000 bibit mangrove dan Cemara Laut.
Sosok Muhammad Sahril (52) berada di balik kisah sukses ini. Mantan TKI inilah yang sangat konsen dalam konservasi mangrove. Kepada media ini, Sahril mengaku prihatin melihat kondisi masyarakat yang kurang peduli pada kelestarian mangrove.
"Saat kembali ke desa, saya prihatin melihat kondisi mangrove yang banyak ditebang," ucapnya.
Dalam perjalanan selama kurang lebih 10 tahun ini (2013-sekarang), tak semulus yang dibayangkan. Banyak permasalahan yang ia hadapi untuk menyadarkan masyarakat agar tidak melakukan penebangan mangrove.
Selama perjalanan, pada tahun 2015 taman pendidikan mangrove ini menjadi pusat pariwisata. Banyak perantau dari desa yang ia kabari menjadi pendorong semangat membangun desa. Mereka banyak yang kembali ke desa untuk ikut memajukan wisata mangrove .
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2016 wisata mangrove semakin banyak dikenal oleh wisatawan dan menjadi daya tarik pariwisata. Promosi demi promosi dilakukan oleh pengelola.
Bahkan pada tahun berikutnya, 2017-2018, wisata mangrove melebarkan kawasan yang hingga akhirnya dibagi menjadi dua kawasan, yaitu kawasan Timur dan kawasan Barat.
Namun, perjalanan tak semulus yang dibayangkan. Pada tahun 2018 terjadi konflik kepemilikan lahan yang membuat pengurus harus menyelesaikannya.
Dengan dibantu pemerintah daerah dan PHE WMO, akhirnya pada tahun 2019 konflik bisa terselesaikan dan membuat sang local hero kembali semangat untuk pengembangan wisata dan mendukung Desa Labuhan menjadi contoh desa wisata pesisir terintegrasi.
"Kini, Desa Labuhan telah menjadi desa ekowisata dengan nama Taman Pendidikan Mangrove. Sebelum pandemi, ramai wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, berwisata ke sana," ucapnya.
Untuk ekonomi sendiri, menurut Sahril, saat ini sudah menggeliat, bahkan dengan hadirnya wisata ini perekonomian sudah meningkat, nilai ekonomi mangrove meningkat pesat.
"Tak hanya dampak ekonomi bagi masyarakat, dampak lain seperti sosial, alam, kesejahteraan juga sudah terasa," tuturnya.
Menurut Sahril, keberhasilan rehabilitasi mangrove dan konservasi terumbu karang itu banyak dibantu oleh perusahaan minyak dan gas bumi Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore atau PHE WMO.
"Sejak 2014, anak usaha milik PT Pertamina ini mengelola Blok West Madura Offshore atau Blok WMO yang secara geografis berada di wilayah lepas pantai Desa Labuhan," tuturnya.
Untuk diketahui, hingga saat ini sejumlah peneliti pun kerap datang karena pada bulan tertentu tiap tahun burung Eropa yang bermigrasi pasti singgah ke hutan mangrove ini. (teg/toh)
Reporter: Priyo, S.Pd
Editor: Mohamad Tohir