Sehari Bisa Lima Puluh Kali Menyeberangkan Penumpang
Sabtu, 15 Agustus 2015 11:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Malo – Perahu penyeberangan di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo di wilayah Bojonegoro sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Setiap hari perahu kayu itu mengangkut anak-anak sekolah, para pedagang, pegawai, dan warga biasa melewati sungai terpanjang di Pulau Jawa itu. Dalam kondisi banjir atau pun surut, perahu kayu itu senantiasa siap menyeberangkan penumpang.
Salah satu perahu penyeberangan yang ramai yaitu di titik Desa Dukoh Lor, Kecamatan Malo dengan titik Desa Purwosari, Kecamatan Purwosari. Setiap hari perahu kayu berukuran panjang 10 meter dengan lebar 3 meter itu selalu penuh dengan penumpang. Bukan hanya penumpang saja melainkan sepeda motor dan barang dagangan yang dibawa oleh penumpang juga diangkut juga.
Sali, 53, awak perahu penyeberangan, mengaku setiap hari bisa menyeberangkan penumpang bolak-balik sampai 50 kali lebih. Ia biasa mulai bekerja pukul 04.00 pagi dan berhenti pukul 18.00 WIB. Kemudian, rekan sesama awak perahu lainnya mengoperasikan perahu kayu itu mulai pukul 18.00 WIB sampai pukul 24.00 WIB. Perahu itu hampir tidak berhenti melayani penyeberangan penumpang.
“Kalau pagi banyak anak-anak sekolah dan pedagang yang menyeberangi sungai naik perahu ini,” ujar Sali sambil merapatkan perahu ke tepi sungai.
Perahu kayu itu telah berumur puluhan tahun. Sesekali Sali memeriksa kondisi lambung perahu untuk memastikan perahu itu tidak bocor. Selain itu, perahu yang memakai mesin diesel tempel di bagian belakang itu juga diperiksa bagian luarnya.
Sali sudah puluhan tahun menjalankan perahu tradisional itu. Ia mengaku pada saat musim hujan dan kondisi sungai sedang naik ia lebih berhati-hati. Sebab, arus yang deras ditambah banyaknya dahan, ranting, dan enceng gondok yang terseret arus sungai membuat perahu bergerak pelan. Namun, kata dia, saat musim kemarau ia juga tetap berhati-hati. Air sungai yang tenang tidak membuatnya lengah mengemudikan perahu kayu itu. Sebab, ia membawa banyak penumpang yang menumpukan keselamatannya pada dirinya.
Menurut Sali, setiap kali menyeberang naik perahu itu para penumpang dikenakan biaya Rp1.000 untuk satu orang. Sedangkan, apabila membawa sepeda motor dikenakan biaya Rp2.000. Biasanya anak-anak sekolah juga tidak dikenakan biaya. Perahu itu mampu mengangkut penumpang dan sepeda motor maksimal 10 orang dan 10 sepeda motor.
“Kalau kondisi Bengawan Solo sedang naik, penumpang dikurangi agar tidak terlalu membawa beban banyak,” ujarnya.
Salah satu penumpang perahu penyeberangan yakni Tarijah, 52, guru SD Negeri Dukoh Lor, mengaku sudah hampir 24 tahun ia menyeberangi Sungai Bengawan Solo itu dengan naik perahu. Tarijah tinggal di Desa Bonorejo, Kecamatan Gayam, tetapi ia mengajar di SD Negeri Dukoh Lor yang berada di seberang utara Sungai Bengawan Solo.
“Alhamdulillah sekian tahun saya menyeberangi sungai naik perahu ini selamat dan lancar,” ujarnya saat berangkat ke sekolah naik perahu itu.
Perahu penyeberangan yang telah beroperasi selama puluhan tahun ini memang masih dibutuhkan oleh masyarakat terutama yang tinggal di seberang utara Sungai Bengawan Solo. Namun, kondisi perahu yang sudah berumur puluhan tahun, tidak adanya standar keselamatan, serta kondisi sungai yang sering banjir rawan menyebabkan terjadinya kecelakaan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro memang sudah memberikan perhatian pada jasa penyeberangan sungai ini, akan tetapi perhatian itu juga harus diimbangi dengan upaya peningkatan standar keselamatan jasa penyeberangan perahu ini. (rul/kik)