Anggrek Dendrobium Capra, Bunga Langka di Hutan Jati Bojonegoro
Jumat, 21 November 2025 14:00 WIBOleh Tim Redaksi
Di balik keindahan hutan jati di Kabupaten Bojonegoro, tersembunyi sebuah keajaiban alam yang langka: anggrek Dendrobium capra. Penemuan ini membuka mata kita bahwa hutan jati tidak hanya memiliki nilai ekonomi tinggi, tetapi juga menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang unik dan langka.
Penemuan dan penelitian terhadap anggrek ini dipelopori oleh Dr. Laily Agustina, seorang dosen Ilmu Lingkungan Universitas Bojonegoro. Ia terinspirasi oleh upaya mengisi "kekosongan jawaban" dalam dokumen Dossier Geopark Bojonegoro untuk diajukan ke UNESCO.
Dr. Laily menjelaskan, dendrobium capra adalah anggrek epifit yang hidup menempel pada batang pohon jati tua berusia lebih dari 50 tahun. Anggrek ini memiliki keindahan yang sederhana namun memikat, dengan bunga berukuran relatif kecil dan warna hijau kekuningan yang lembut. Penemuan kembali anggrek ini adalah sebuah cerita ketekunan. Dr. Laily merujuk pada penelitian Yulia dkk. (2008) yang menyebutkan Dendrobium capra pernah ditemukan di dua wilayah: Madiun dan Bojonegoro. Namun, temuan mutakhir dari Trimanto dkk. (2022) membawa kabar yang mencengangkan: populasi di Madiun telah punah.
"Bojonegoro sekarang jadi satu-satunya tempat tumbuhnya Dendrobium capra. Ada rasa bangga, tapi sekaligus beban, karena jumlahnya semakin menurun," ujar Dr. Laily.
Status kelangkaan anggrek ini semakin kritis akibat siklus hidupnya yang sangat spesifik. Anggrek ini hanya mekar sekali setahun, sekitar bulan Februari, sehingga laju regenerasinya sangat lambat. Ancaman terbesarnya adalah siklus tebang pohon jati.
Dr. Laily melihat Dendrobium capra lebih dari sekadar objek penelitian. Ia adalah simbol ketangguhan dan identitas lokal. "Flora ini bisa menjadi simbol kebanggaan Bojonegoro. Tetapi kebanggaan itu harus dibarengi kesadaran untuk melindunginya," tegasnya.
Upaya konservasi mendesak untuk segera dilakukan, termasuk menetapkan kawasan habitatnya sebagai zona lindung khusus dan mengembangkan program reintroduksi untuk memperbanyak populasi.
"Kalau kita bisa menjaga flora ini, Bojonegoro tidak hanya dikenal sebagai daerah migas atau kayu jati. Kita juga punya identitas lain yaitu rumah bagi flora langka dunia. Itu kebanggaan yang tidak ternilai," pungkas Dr. Laily.(red/toh)
































.md.jpg)






