Ladang Ekonomi Baru Terbentang di Wonocolo, Ribuan Pohon Alpukat Berbuah
Sabtu, 15 November 2025 17:00 WIBOleh Tim Redaksi
Bojonegoro - Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Bojonegoro, yang dikenal sebagai wilayah tambang minyak tradisional, kini juga menjadi sentra buah alpukat. Ribuan pohon alpukat hijau yang tumbuh subur di lahan yang sebelumnya tandus dan kering.
Seorang petani Alpukat di Desa Wonocolo, Sarimanto, mengatakan setidaknya ada 2.500 lebih pohon dari beragam jenis unggulan, seperti Wina, Kendil, Aligator, hingga Miki, yang ditanam petani sejak 2015 silam. "Budidaya alpukat ternyata cukup membantu ekonomi petani. Selain perawatannya lebih mudah dan minim hama, harga jual di pasaran juga cukup menjanjikan," ujar Sarimanto, Sabtu (15/11/2025).
Dari ribuan pohon yang sebagian besar telah berbuah, petani bisa memanen rata-rata dua ton per musim. Dengan kualitas yang unggul, harga jual buah alpukat ini bisa mencapai Rp 30.000 per kilogram, menghasilkan jutaan rupiah dalam sekali panen. Kesuksesan ini menjadi titik terang baru bagi warga yang sebelumnya banyak bergantung pada aktivitas tambang minyak tradisional.
Prospek ekonomi yang tinggi inilah yang mendorong pengembangan budidaya terus dilakukan. Tak hanya memanfaatkan lahan sekitar desa, para petani juga menjalin kemitraan dengan Perhutani untuk menghijaukan hutan gundul dan lahan bekas tambang minyak dengan pohon alpukat.
Inovasi tidak berhenti di situ. Pemerintah desa dan kecamatan bersama kelompok tani mulai membuka kawasan perkebunan ini untuk wisata edukasi pertanian. Harapannya, geliat ekonomi dari sektor pariwisata ini dapat semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Wonocolo.
Dari desa tambang minyak tradisional, Wonocolo kini menuliskan babak baru sebagai Sentra Alpukat Bojonegoro, membuktikan bahwa lahan yang awalnya tak produktif pun bisa berubah menjadi kebun harapan yang menghasilkan.(red/toh)





























.sm.jpg)





.md.jpg)






