Melihat Kreativitas Pengolah Buah Salak
Pokdarwis Sulap Salak Jadi Aneka Jenis Kuliner
Minggu, 10 Januari 2016 08:00 WIBOleh Piping Dian Permadi
Oleh Piping Dian Permadi
Kota - Buah salak ternyata tidak hanya enak ketika dimakan langsung . Melalui tangan terampil dan ide kreatif dari ibu - ibu warga desa Tanjungharjo yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) bagian agro salak, salak menjadi makanan yang menarik dan tentu saja lezat. Sepintas lalu orang tidak akan tahu bahwa yang sedang disantap adalah buah salak.
Salah satu anggota Pokdarwis, Nanik Nur Fikiyah S.Pd (23), mengatakan ide kreatif untuk membuat kuliner berbahan dasar salak ini adalah saat melihat hasil panen salak di desa Tanjungharjo yang tidak semuanya manis, melainkan selalu ada yang rasanya sedikit masam.
''Kan salak nggak semuanya manis. Terus gimana biar salak yang kurang manis bisa jadi makanan yang enak sehingga salak tersebut nggak terbuang percuma,” kata Nanik menjelaskan saat ditemui BeritaBojonegoro.com (BBC), kemarin, Sabtu (09/01).
Bertolak dari pikiran demikian, akhirnya muncul ide membuat berbagai olahan makanan yang harus menarik.
''Banyak hasil olahannya. Mulai dari es salak, dodol, selai, serabi,
Selama ini, olahan kuliner dari salak olahan Pokdarwis bisa ditemui dengan mudah di area Agro Wisata Salak, Dusun Karang, Desa Tanjungharjo. Sambil menikmati sejuknya rerimbunan pohon salak yang tidak terhitung jumlahnya di Desa tersebut, pengunjung bisa sambil nyemil aneka olahan tersebut. Boleh juga beli untuk oleh-oleh keluarga di rumah atau sanak famili.
Harganya? Tidak akan membuat kantong terkuras. Ice Cream salak bisa dibeli dengan hanya Rp 3.000, es salak Rp 3.000, krupuk salak Rp 10.000, stik salak Rp 20.000, dan serabi salak Rp 2.000. Yang jelas harganya murah dan terjangkau.
''Tapi yg ready/ siap dan pasti ada es salak, kopi salak, krupuk salak dan stik salak. Yang lain baru ada saat ada event saja,'' tambahnya.
Kelompok yang terdiri dari sekitar 15 anggota tersebut memulai usaha pada bulan November 2015 lalu. Sampai sekarang dan mendapatkan bantuan pendanaan dari desa agar bisa berkembang selain ada kas dari iuran anggota kelompok kreatif tersebut.
''Mulai November 2015 lalu kami berdiri. Dan kami dapat bantuan dana juga dari desa untuk biaya memulai usaha olahan salak ini,” begitu Ninik menjelaskan kepada BBC.
Untuk penjualannya, dikelola sendiri oleh kelompok. Meski baru dijual secara lokal saja, yakni di lokasi agro wisata, Nanik mengaku sudah cukup puas bisa menyapa pengunjung yang datang. “Kami melayani para pengunjung dan menjualnya baru di lokasi. Sekarang sedang dibangun toko-toko agar punya tempat permanen yang mudah dituju nantinya, “ pungkasnya. (ping/moha)