Waduk Pacal Dulu dan Kini
Senin, 11 Januari 2016 13:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Temayang - Waduk Pacal di tengah hutan jati di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh hingga sekarang. Waduk Pacal itu dibangun sekitar tahun 1924 dan diresmikan oleh Belanda tahun 1933.
CLM Penders seorang sejarawan Australia pernah melukiskan sejarah Bojonegoro sebagai sejarah kemiskinan dalam bukunya, Bojonegoro 1900-1942 : A Story of Endemic Poverty in North West East Java. Ia menyebutkan pada periode 1900 sampai 1920 sebagai periode kemiskinan amat parah di Bojonegoro. Dari 50 orang yang masuk rumah sakit, separuh meninggal karena kekurangan gizi. Tiga jam gotong royong kerja bakti, tiap satu menit banyak di antara mereka yang pingsan.
Untuk mengatasi paceklik pangan dan kekeringan pemerintah Kolonial Belanda lalu membangun Waduk Pacal di daerah perbukitan di wilayah selatan Bojonegoro itu. Waduk Pacal seluas 520 hektare itu lalu menjadi andalan persediaan air untuk pertanian di wilayah selatan dan timur Bojonegoro.
Dulu Waduk Pacal itu mampu menampung persediaan air sebanyak 41 juta meter kubik. Namun, dasar waduk terus mengalami pengendapan dan pendangkalan. Kini waduk itu hanya mampu menampung air sebanyak 19 juta meter kubik saja.
“Tinggi air di Waduk Pacal kini hanya mencapai 21,3 meter. Itu pun juga sama lumpur yang mengendap di dasar waduk,” ujar Jasmani, 56, petugas pintu air Waduk Pacal.
Menurut Jasmani, ketinggian lumpur di Waduk Pacal mencapai 3 meter. Karena sejak dulu sampai sekarang belum pernah dilakukan pengerukan secara tuntas. Hal ini terjadi karena untuk melakukan pengerukan, harus berkoordinasi dengan Perhutani sebagai tempat pembuangan lumpur.
Selain itu, bangunan jalan Waduk Pacal ini pun sekarang sudah sedikit miring, bisa dirasakan langsung di jalan menuju bukit. Pagar tembok pun sudah terlihat keretakannya. “Karena bangunannya sudah lama banyak terjadi kerusakan di sana sini,” tutur Jasmani.
Sementara itu menurut Kasi Operasi Unit Pelaksana Teknis Balai Bengawan Solo, Dinas Pekerjaan Umum Pemprov Jatim, Mucharom, kondisi Waduk Pacal kini mengalami pendangkalan parah.
Menurutnya, saat ini areal pertanian yang bergantung suplai air dari Waduk Pacal seluas 16.688 hektare tersebar di sejumlah kecamatan di antaranya Temayang, Kepohbaru, Sumberejo, Dander, Sugihwaras, Kanor, Kapas, dan Balen.
“Kondisi pendangkalan Waduk Pacal itu cukup parah. Memang, beberapa kali sudah dilakukan pengedukan dasar waduk akan tetapi upaya itu belum maksimal untuk bisa mengembalikan fungsi waduk seperti sedia kala,” ujarnya. (ver/kik)
*) Foto waduk pacal ketika kering dari wikimapia.org