Kasimin, Lelaki Tua Penjaring Udang Rebon di Bengawan Solo
Selama Ada Udang Banyak, Dia Tetap Menjaring
Minggu, 14 Februari 2016 08:00 WIBOleh Linda Estiyanti
Oleh Linda Estiyanti
Kalitidu – Banjir adalah bencana yang sudah menjadi rutinitas tahunan setiap musim hujan di Bojonegoro. Meski demikian, Kasimin (57), warga asal Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu, seorang penjaring udang di bengawan merasa itu bukan ancaman.
Lelaki paruh baya itu nampak sedang mengibaskan jaringnya di tengah derasnya aliran air Bengawan Solo saat beritabojonegoro.com (BBC) mendekatinya kemarin, Sabtu (13/02). Air yang sore itu menunjukkan ketinggian muka air (TMA) 15.75 mdpl dengan status siaga kuning tidak menjadikan Kasimin mengurungkan niatnya menjaring udang.
Keseharian Kasimin adalah bertani di sawah miliknya, yang terletak di sekitar bantaran bengawan solo Desa Nringinrejo. Namun sawah yang ia tanami padi, saat ini tengah terendam oleh luapan bengawan solo. Oleh karena itu, untuk menghilangkan beban penat memikirkan nasib sawahnya, ia pun pergi menjaring.
"Sudah biasa menjaring udang ketika tidak di sawah, ini juga sawahnya sedang kebanjiran," ungkap Kasimin kepada BBC.
Kasimin menuturkan bahwa ia mulai menjaring udang jenis rebon semenjak lepas waktu dzuhur kurang lebih mulai pukul 13.00 WIB dan akan pulang saat adzan maghrib berkumandang. Namun, sore ini, hingga menjelang maghrib ia hanya memperoleh udang setengah ember saja. "Maghrib nanti pulang," kata dia.
Namun begitulah lelaki tua itu nampak kuat, meskipun hasil udang rebon yang diperoleh tidak seberapa, lelaki tua itu tetap saja mengibaskan jaringnya menjemput udang rebon yang terbawa arus menepi di bantaran bengawan solo, kawasan wisata Bendung Gerak di Kecamatan Kalitidu.
"Biasanya banyak udang yang minggir, tapi ndak tau ini kok sepi. Mungkin karena arusnya besar," ujar Kasimin.
Kasimin sendiri mempunyai lima orang anak, dan seluruh anaknya tersebut sudah bekerja. Anak-anaknya memang sudah sering melarang ia mencari udang rebon di Bengawan, apalagi saat arusnya besar. Tapi Kasimin tetap nekat mengibas jaring. "Untuk tambahan mencukupi kebutuhan sehari-hari," aku dia.
Kepada BBC, Kasimin bercerita setiap mencari udang rebon, seringnya mendapatkan hasil tangkapan satu ember saja. Kemudian ia menukar satu ember udang rebon Rp50 ribu per embernya. "Tidak mematok harga. Tinggal yang beli," ujarnya.
Kasimin mengaku ia tidak takut dengan derasnya aliran air sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut. Sepanjang hidupnya ia memang sudah terbiasa dengan bahaya. Sehingga ia yang usianya tidak lagi muda, sudah tidak takut lagi. "Saya tidak takut dengan aliran yang deras. Selama ada udang banyak, saya akan menjaring," pungkas Kasimin mengiringi senja yang menjelang. (lyn/moha)
Foto Kasimin sedang melempar jaring di tengah derasnya arus Bengawan Solo