Pengusaha Kacang Goreng dari Sumberarum
Dulu Pengasong Kacang Goreng di Terminal, Kini Beromzet 10 Juta Sebulan
Kamis, 10 Maret 2016 15:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
TULANG punggung keluarga semestinya adalah seorang bapak. Namun tidak sedikit keadaan yang mengharuskan perempuan atau seorang Ibu, menjadi tulang punggung keluarga. Bisa jadi karena kondisi kesehatan suami yang kurang baik. Ini seperti yang dialami Summari (49), perempuan dari Desa Sumberarum, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro.
Summari termasuk perempuan yang menjalankan dua peran dalam keluarga. Pertama, sebagai tulang punggung keluarga. Dan, kedua sebagai seorang ibu dari 7 anak, buah pernikahannya dengan suami yang kini sedang didera sakit kanker.
Untuk menghidupi 7 anak dan suaminya, dia rela menjadi penjual kacang kulit. Dulu, sekitar awal tahun 2000-an, kacang kulit yang dia produksi dipasarkan di jalan-jalan Bojonegoro, terutama di Terminal Rajekwesi. Dari rumahnya dia harus naik bis jurusan Nganjuk-Bojonegoro.
Kala itu dia harus membawa serta seorang putrinya yang baru berusia 2 tahun. Dalam sehari dia bisa menjual 15 hingga 20 bungkus kacang goreng. Per bungkusnya dia jual dengan harga Rp 500. Hal itu dilakukannya selama kurang lebih 3 tahun. Hingga kemudian dia berjumpa dengan seseorang, yang dianggapnya sebagai titik balik dari perjalanan usahanya berjualan kacang kulit.
"Saya diberitahu bagaimana memproduksi kacang kulit goreng yang lebih efisien, yaitu menggorengnya dengan pasir," kata Summari ketika ditemui beritabojonegoro.com (BBC) di kediamannya, beberapa waktu lalu.
Selain cara memproduksi, lanjut perempuan berkulit sawo matang itu, juga ditunjukkan dimana bisa mendapatkan alatnya. Berangkat dari situ, Summari mulai bisa memproduksi kacang kulit dalam skala besar. Untuk memasarkannya, kini dia tak lagi sendiri. Sudah ada 4 orang sales yang siap membantunya. Dalam sehari kini mampu memproduksi sebanyak 100 kilogram kacang kulit goreng.
Kacang kulit yang telah matang itu kemudian dikemas dalam bungkusan kecil-kecil. Lantas 4 orang sales siap memasarkannya tiap hari. Selain kacang kulit, Summari juga memproduksi rengginang singkong, serta keripik ketela.
"Syukur alhamdulillah, dalam sebulan kira-kira hasil penjualannya mencapai Rp 10 juta," jelasnya.
Selain memproduksi kacang kulit, usaha sampingan yang dikelolanya adalah jasa kupas wose. Dengan modal pinjaman, dia nekat membeli alat seharga Rp 15 juta. Dari situ, dia mengaku, dapat menyekolahkan anaknya hingga SLTA. Dan sebentar lagi anaknya mau menempuh pendidikan perguruan tinggi.
Kepala Desa Sumberarum V Sugeng, mengatakan, pihak desa sangat mendukung apa yang dilakukan oleh Summari. Apalagi jika bisa menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar. Hal ini tentu merupakan manfaat yang nyata bagi desa.
"Sebelumnya juga sudah kita daftarkan sebagai sentra makanan ringan. Siapa tahu bisa menjadi ikon desa," tandas Sugeng. (rul/tap)
*) Foto sumari di depan mesin produksinya